Yessy Dorong Kolaborasi dan Aksi Nyata Tangani Sampah
JAKARTA (2 Agustus): Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Yessy Melania, menilai Indonesia kini sedang berjibaku dengan permasalahan sampah.
Menurut dia, diperlukan kolaborasi dan aksi nyata untuk menyelesaikan masalah sampah.
“Kolaborasi dan aksi nyata diperlukan untuk penanganan sampah kita. Dukungan seluruh pihak sangat diperlukan,” kata Yessy dalam diskusi daring yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12 dengan tema ‘Tata Kelola Sampah Makanan Indonesia’, Rabu (2/8).
Yessy mengatakan, sisa makanan dan plastik menjadi dua terbesar penyumbang sampah di Indonesia. Sebenarnya, lanjutnya, Indonesia sudah memiliki UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Namun, ia mempertanyakan efektivitas dari penerapan beleid tersebut.
“Harus saya katakan ini belum efektif dan maksimal penerapannya di masyarakat,” ujarnya.
Legislator dari Dapil Kalimantan Barat II (Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Sekadau, dan Melawi) ini meminta kementerian/lembaga terkait duduk bersama untuk mengkaji ulang regulasi tersebut. Pengelolaan sampah di Indonesia perlu dipetakan kembali.
Selain masalah regulasi, lanjut Yessy, masalah anggaran juga menjadi krusial dalam penanganan sampah.
Menurutnya, belum ada keberpihakan anggaran pada sektor ini, baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
“Setiap daerah melalui APBD, mereka mengalokasikan untuk lingkungan hidup tidak lebih dari 0,5% dari anggaran mereka. Jadi bisa dibayangkan, dinas-dinas terkait di daerah itu, yang mengurusi masalah sampah, belum dijadikan dinas yang strategis, belum menjadi prioritas,” lanjutnya.
Bahkan, ada satu daerah yang tidak mempunyai anggaran untuk pengangkutan sampah.
“Mereka tidak punya anggaran hanya untuk beli minyak kendaraan pengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Betapa mirisnya melihat ini. Dukungan anggaran tidak ada, sementara tuntutan penanganan sampah ini besar,” tandas Yessy.
Selain dari sisi pemerintah, ujar Yessy, masyarakat juga harus disadarkan terkait permasalahan sampah. Kebiasaan atau habit masyarakat merupakan penyumbang terbanyak permasalahan pengelolaan sampah di Tanah Air.
“Dari pemilahan sampahnya saja kita tidak paham. Sementara, ini berdasar dari hulu sekali, dari masyarakat di dalam keluarga. Saya pikir kolaborasi dan aksi nyata itu perlu. Pendampingan secara masif di seluruh Indonesia juga diperlukan untuk penanganan sampah kita,” tandasnya.
Lebih lanjut Yessy juga mendorong agar concern terkait menjaga lingkungan bisa dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Mental dan karakter anak bangsa yang cinta akan lingkungan harus dibentuk sedini mungkin.
“Dan juga mungkin tokoh-tokoh agama perlu kita lakukan komunikasi terus-menerus. Bagaimanapun kita harus mendengungkan kembali bahwa kebersihan adalah cerminan dari iman,” pungkasnya.
(dis/*)