Sahroni Minta BNPT Terus Berinovasi Cegah Terorisme
JAKARTA (3 Agustus): Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni mengapresiasi kinerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menurunkan kasus serangan teror di Indonesia. Badan antiteror tersebut diminta terus inovatif dalam pencegahan terorisme.
“Komisi III mengapresiasi atas capaian kinerja BNPT selama lima tahun belakangan ini, progresnya sangat bagus,” kata Sahroni, Rabu (2/8).
Meski demikian, Sahroni mengatakan bahwa angka serangan terorisme itu tidak bisa menjadi alat ukur satu-satunya.
“Terlebih, serangan teroris itu bentuknya banyak, bisa serangan langsung hingga doktrin,” tandas legislator Partai NasDem itu.
Lebih lanjut Sahroni meminta BNPT terus berinovasi dan berkolaborasi dalam menghadapi ancaman terorisme. Potensi ancaman teror sangat beragam, terlebih menjelang Pemilu 2024.
“Jadi BNPT harus terus menciptakan program-program inovatif serta kolaboratif guna meredam segala ancaman tersebut,β tegas Sahroni.
βEra saat ini sudah canggih, ancaman terorisme ataupun paham radikal bisa masuk lewat mana-mana. Apalagi menjelang tahun politik, aktivitas media sosial meningkat, sudah pasti sasarannya anak-anak muda sehingga penting bagi BNPT untuk selalu aware dan catch up dengan perkembangan saat ini,β imbuhnya
BNPT perlu membuat lebih banyak program yang dekat dengan anak muda dengan maksimalkan penggunaan media sosial. Langkah ini diharapkan mampu meminimalisasi penyebaran paham radikalis di generasi muda.
“Karena generasi saat ini sudah tidak mau kalau pakai cara-cara lama, harus yang selaras dengan generasi mereka. Saya yakin BNPT paham tantangan itu,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala BNPT Rycko Amelza Dahniel, mengungkapkan posisi Indonesia dalam Global Terrorism Index semakin baik. Indonesia berada pada kategori terdampak sedang atau medium impacted.
“Posisi Indonesia, kami laporkan, dalam Global Terrorism Index semakin baik, dalam kategori medium impacted,” kata Rycko, Jumat (28/7).
Rycko mengatakan bahwa kasus serangan teror di Indonesia dalam rentang waktu 2018β2023 juga terus menurun.
“Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89% lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun,” ujarnya.
(*)