Meneladani Guru Tua, Sang Penggagas Sang Saka Merah Putih
Oleh : Syarifah Dr. Hj. Ayu Alwiyah Aljufri M.Si
Anggota Dewan Pertimbangan DPP NasDem | Cucu Langsung Guru Tua | Bakal Calon Anggota DPR RI Dapil Depok Bekasi
Sang Penggagas Sangsaka Merah Putih dikenang, diteladani dan dicintai dalam rangka Haul ke 55 Tahun di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Hari Selasa, 3 Mei 2023 acara puncak tahunan setiap 12 Syawwal 1444 Hijriyah diadakan acara Haul ke 55 tahun seorang kharismatik dikenal Guru Tua (Gurunya Guru) pendiri Yayasan Pendidikan Alkhairaat di Kota Palu Sulawesi Tengah di kawasan religi di Jalan Sayid Idrus Salim Aljufri (Sis Aljufri).
Tidak seperti biasanya acara kali ini sangat variatif dan menarik bagi yang hadir dan menjadi wisata religi diselenggarakan selama empat hari.
Berdatangan hadir para abnaulkhairaat yang tersebar khususnya di kepulauan Indonesia Timur bahkan di luar Indonesia bagian Timur dan menurut informasi ketua panitia acara tahunan ini dihadiri oleh masyarakat dalam dan luar negeri sekitar 70 ribu hingga 100 ribuan orang sehingga Kota Palu menjadi ramai dan padat.
Pengunjung atau penziarah merasa antusias dan terhibur di saat menghadiri acara haul ini, bukan saja pengunjung dari kalangan muslim bahkan dari kalangan lintas agama Hindu, Kristen, Protestan, Katolik dan Budha bahkan Konghucu.
Media Mercicuar Palu menjelaskan bahwa Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI) Sulteng, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng, Persatuan Umat Budha Indonesia (Permabudhi), Majelis Agama Budha Theravada Indonesia (Magabudhi), Vihara Karuna Dipa, serta Koko Cici Sulteng di venue peringatan haul, di Kawasan Wisata Religi Alkhairaat, Kota Palu.
Ketua Umum PSMTI Sulteng, Chandra Wijaya mengatakan, suasana pada acara Haul Guru Tua menciptakan rasa kepedulian dan kebersamaan antar sesama masyarakat Sulawesi Tengah dengan melakukan pembagian air mineral dan es krim sebagai bentuk dukungan atas pelaksanaan Haul Guru Tua ke-55 tahun 2023. Selain itu, hal ini juga sebagai wujud kebersamaan dan harmonisasi antar umat beragama di Sulteng.
Mereka juga mengucapkan selamat dan sukses atas pelaksanaan peringatan Haul ke-55 Guru Tua tahun 2023 dan turut berbahagia atas kegiatan Haul Guru Tua, yang menjadi tradisi wisata religi bagi para umat muslim dan Keluarga Besar Alkhairaat.
Pihaknya bahkan ikut berbagi berkah di tengah panasnya matahari, untuk mendinginkan dan menghilangkan dahaga saudara-saudara yang hadir dari berbagai kota di Indonesia, menunjukkan kebersamaan masyarakat dan persatuannya sangat kuat, bagai sebuah keluarga besar di Tanah Kaili.
SEJAK 55 TAHUN SELALU DIKENANG DITELADANI DAN DICINTAI
Tokoh pendidikan dan penyebar dakwah Islamiah di Provinsi Sulawesi Tengah bahkan di seluruh Indonesia bagian Timur seorang figur patut diteladani berperilaku baik, memiliki etik dan etos yang sangat tinggi, tulus dan dermawan serta pemikir yang cerdas berwawasan luas, berjiwa nasionalis, agamis dan moderat, negarawan sejati anti penjajahan di atas bumi Allah SWT.
Berjiwa toleransi, pemersatu umat, pencipta kedamaian, budayawan dan sastrawan ulung, berorientasi dengan tokoh-tokoh nasional dan mancanegara, peduli terhadap kemaslahatan bangsa, negara dan masyarakat Indonesia tanpa pilih kasih, penggagas bendera merah putih, pahlawan nasional tokoh pendidikan sukses, pendiri yayasan pendidikan Alkhairaat membangun sarana pendidikan dari tingkatan taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi yang mencapai 1561 cabang sekolah tersebar di Indonesia Timur hingga di DKI, Bekasi, Depok dan Bandung.
Kehadiran sosok Guru Tua dan Alkhairaat adalah salah satu contoh toleransi antar umat beragama di Kota Palu, bahkan Sulteng.
Sejak masa Guru Tua misalnya, sudah ada sekolah-sekolah Alkhairaat yang menggunakan guru non muslim sebagai tenaga pengajar dan murid non muslim bersekolah di Madrasah Alkhairaat.
Mempererat tali persaudaraan antar umat pada acara haul sebagai tanda bukti ajaran Guru Tua masih diteladani oleh abnaul khairaat hingga kini. Seperti yang diungkapkan Sumiati asal Kecamatan Tomini, Kabupaten Parigi Moutong. Dirinya hadir dalam setiap Haul Guru Tua, karena ingin lebih menjalin kebersamaan dengan sesama umat muslim lainnya.
Bahkan mereka sudah berada di kota Palu sejak 26 April 2023 sebelum sepekan acara puncak di mulai.
Sementara itu Ikram T. asal Kecamatan Tinombo mengaku, hampir setiap tahun menghadiri Haul Guru Tua, karena dulunya pernah tinggal di Pondok Pesantren Alkhairaat dan tamat di sekolah Alkhairaat.
Hal itu kata dia membuat dirinya selalu terpanggil untuk menghadiri Haul Guru Tua, karena sosoknya sebagai pahlawan dan panutan bagi semua.
Senada dengan itu, Hendra asal Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, mengaku hal yang membuat dirinya hadir dalam setiap Haul Guru Tua, karena dirinya sejak dulu merupakan Abnaul Khairaat dari Kabupaten Bualemo, Provinsi Gorontalo dan di tempat itu, dirinya mengenyam pendidikan di pondok pesantren kurang lebih 7 tahun, sehingga kecintaan kepada figur Guru Tua itu sudah ada sejak dahulu.
Belum lagi kata dia Karomah yang dimiliki oleh Guru Tua membuat dirinya senantiasa berupaya untuk hadir dalam Haul Guru Tua.
Menurut alumni alkhairaat Dr. Lindanur Sipatu, mengatakan bahwa Sayid Habib Idrus Bin Salim Al-Jufri merupakan orang pertama yang menyebarkan pendidikan modern di Sulawesi Tengah dan di luar Sulawesi Tengah. Sebelumnya, masyarakat Sulawesi Tengah hanya mengenal pendidikan di lingkungan keluarga.
Guru Tua, itulah gelar yang diberikan kepada Sayid Habib Idrus Bin Salim Al-Jufri. Seorang pemangku adat tanah Kaili mengungkapkan bahwa Guru Tua menurut bahasa Kaili, memiliki makna “Gurunya Guru”.
GURU TUA DAN PENDIDIKAN AKHLAK
Pandangan pendidikan menurut Guru Tua Sayid Idrûs bin Sâlim Al-Jufrî adalah menuju manusia sempurna yang dapat mencapai tujuan hidupnya, yakni kebahagian di dunia dan di akhirat kelak adalah upaya untuk mencerdaskan secara
komprehensif semua potensi yang ada dalam diri manusia itu sendiri.
Diantaranya meliputi: akal, akhlak, spritual dan sosial, dan itu dilakukannya secara terus menerus karena pendidikan adalah proses yang harus dilalui manusia sepanjang hidupnya.
Untuk mempertahankan pemikiran pendidikan yang sudah dibangunnya, Sayyid Idrus bin Salim Aljufri melakukan pengembangan yang dilakukan oleh pada Lembaga pendidikan Alkhairaat, secara umum dapat digambarkan ke dalam tiga aspek yaitu: aspek kelembagaan, aspek organisasi dan aspek kurikulum.
Dengan demikian maka akan terbentuklah nilai-nilai akhlak islami ditengah masyarakat seperti: kepatuhan terhadap aturan terutama aturan yang telah digariskan oleh Allah SWT, saling beramar ma’ruf dan bernahi mungkar, saling mengajak untuk beramal shaleh, menunjukkan identitas sebagai seorang muslim.
Itu semua tidak terlepas dari metode pendidikan yang dilakukan oleh Sayyid Idrus bin Salim Aljufri melalui integrasi antara ilmu dan akhlak serta sifat Washathiyah atau tawazun/moderat.
Guru Tua Sayid Idrus bin Salim Aljufri sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Jauh sebelum pemerintah Indonesia secara nasional mencanangkan pemerataan pendidikan sampai ke seluruh pelosok tanah air.
Sebuah syair tentang mencerdaskan kehidupan bangsa dan memotivasi generasi muda untuk menuntut ilmu dan berkarya, Bagi Sayyid Idrus bin Salim Aljufri, pendidikan yang ideal dan islami bukanlah pendidikan yang hanya mencerdaskan otak, tetapi keseluruhan potensi yang ada dalam diri manusia itu sendiri, meliputi: akal, akhlak, spritual dan sosial.
Jelas bahwa pencerdasan akal semata tidak bisa membawa kepada kebahagiaan dan keselamatan, bahkan boleh jadi bisa menjadi bumerang bagi diri dan kehidupan seseorang. Untuk itu, pendidikan akhlak-spritual perlu dikembangkan secara maksimal agar peserta didik bisa bertahan hidup dan memberikan makna dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Dalam sebuah syair disebutkan, “Suatu bangsa hanya bisa tegak jika akhlaknya tegak, jika akhlak hilang maka bangsa itu pun akan roboh.” Karena itu, Sayid Idrus bin Salim Aljufri benar-benar menekankan pembinaan akhlak, perbaikan tauhid dan ibadah.
Namun demikian, yang menjadi basis epistemologi dalam pembinaan akhlak dan pendidikan Islam adalah Al-Qura’an, Sunnah Nabi, dan tradisi para salafus salih. Dia tidak pernah keluar dari skema ini.
Ketiga skema ini dijabarkan secara luwes dalam konteks masyarakat Islam di Palu. Guru Tua menyadari bahwa pendidikan tidaklah bersifat temporer karena terkait dengan masalah perbaikan moral dan spritual individu yang tidak pernah selesai, sehingga pendidikan bersifat seumur hidup (long-life education).
Di mana pun, kapan pun dan dalam situasi bagaimana pun, pendidikan harus terus berjalan. Bahkan ketika madrasah Alkhairat dilarang dibuka oleh pemerintah Jepang, pengajaran ilmu tetap dilaksanakan di rumahnya.
Ditutup dan dilarangnya pembelajaran di madrasah bukan berarti penyebaran ilmu harus berhenti. Menurut data saat ini jumlah Madrasah Alkhairaat mencapai 1.561 buah, dengan rincian sebagai berikut:
Wilayah Jumlah Madrasah Alkhairaat
Sulawesi Tengah 1.109 madrasah/sekolah
Sulawesi Utara 195 madrasah/sekolah
Sulawesi Selatan 26 madrasah/sekolah
Sulawesi Tenggara 3 madrasah/sekolah
Kalimantan Timur 53 madrasah/sekolah
Maluku 162 madrasah/sekolah
Irian Jaya 12 madrasah/sekolah
Kalimantan Selatan 1 madrasah/sekolah
Total 1.561 madrasah/sekolah
Sumber data: Laporan Muktamar Majelis Pendidikan Alkhairaat pada Muktamar IX di Palu, 2008
PATUNG MONUMEN GURU TUA DI LIBRARY NASDEM TOWER
Sebagai tanda bukti keberadaan patung monumen Guru Tua di Library Itam di NasDem Tower menunjukkan dan sekaligus memperingati dan mengenang peristiwa bersejarah atau jasa pahlawan besar bagi seorang pahlawan pendidik yang mencerdaskan masyarakat Indonesia khususnya di daerah Bagian Timur yang dikenal dengan Guru Tua.
Sungguh merasa kagum dan bangga kepada perjuangan Guru Tua dengan gigih tanpa mengenal lelah bahkan tanpa pamrih dikerjakan dengan penuh tulus dan ikhlas hingga beliau menyatakan dalam bentuk bait syairnya:
– Aku ajak setiap muslim kepada ilmu dan takwa- Dengan keadaanku, hartaku, penaku dan juga lisanku.
– Aku ajak mereka menuju Allah dan inilah Kitab-Nya- Menjelaskan tentang cahaya-Nya kepada setiap kegelapan.
-Sunah sebaik-baik Rasul aku ajak untuk dipelajari-Di dalamnya terdapat petunjuk, cahaya, dan ilmu yang patut diketahui.
– Selamat bagi bagi yang menyambut dan bergegas mencarinya -Ridha Allah derajat bagi kesuksesan dan keberuntungan.
– Sungguh aku perhatikan kebodohan merajalela pada manusia-Tidak ada ketakutan kepada Allah ataupun jahannam
– Obatilah dengan ilmu agama kebodohan hatimu- Siapa yang enggan mengobati dengan ilmu pasti menyesal.
– DenganMu wahai kekasih Allah aku mengharap syafaat-Dan dengan Almurtadha, Hasan, dan Husein dan keduanya
– Bahtera Nuh maka selamat siapa yang berada di dalamnya-Demi hidupku, mereka telah mendapatkan kemenangan dan keamanan
-Berpegang teguhlah dengan kelompok Fatimah pasti mendapat petunjuk-Siapa yang bukan dari kelompoknya sungguh telah melepas ridhoNya.
– Tiada khawatir di dunia siapa yang mencintai mereka -Tiada ketakutan melihatnya di akherat tidak pula bersedih.
Bait-bait syair ini diterjemahkan oleh abnaulkhairaat oleh Dr. Ahmad Bahmid dan dilantunkan oleh Habib Mohsen Hasan Alhinduan dalam bentuk kaset sebuah album spesial Syair Guru Tua dipersembahkan untuk mengenang perjuangan Sayid Habib Idrus bin Salim Aljufri yang dikenang, diteladani dan dicintai.
Saya sebagai cucunya langsung berusaha mentauladani dan berangan-angan mewujudkan perjuangan Guru Tua melalui Partai NasDem yang saya cintai untuk maju sebagai Bakal Calon DPR RI 2024. Semoga Allah SWT merestui dan meridaiNya. aamiin ya rabbal alamin.