Serunya Menyelami Novel Ipah dan Bromocorah, A Batik Story di NasDem Tower
JAKARTA (20 September): Membatik seperti menjalani kehidupan di mana setiap prosesnya memiliki filosofi berharga dan ada makna-makna mendalam dari awal hingga akhir. Begitulah sebagian kutipan dari keseruan bedah Novel Ipah dan Bromocorah, A Batik Story di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Selasa (20/9).
Bedah novel tersebut diisi langsung oleh penulisnya, Dr. Rusdian (Yan) Lubis yang telah mengelilingi 53 negara itu bahkan sukses memberikan paradigma baru bagi para peserta yang memenuhi Auditorium Panglima Itam Library of NasDem.
Hadir sejumlah pengurus DPP NasDem antara lain, Sekjen Partai NasDem, Hermawi Taslim, Wasekjen NasDem, Siar Anggreta Siagian, Jakfar Sidik, dan Ketua Bidang Pembangunan dan Infrastruktur DPP NasDem, Okky Asokawati. Selain itu hadir pula secara daring Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat.
Novel tersebut menyajikan kisah Ipah dan Bromocorah sebagai sebuah dialog antara filosofi membatik dan perjalanan hidup manusia. Novel itu mengisahkan empat orang janda pembatik, salah satunya Ipah, bekerja sama dengan bromocorah Jiweng yang ahli sogan di Desa Wonopringgo dekat Pekalongan.
Dalam novel itu juga menyajikan pesan bahwa membatik memerlukan hati yang bersih yang tercerminkan melalui Jiweng yang perlahan-lahan memulai hidup baru dan meninggalkan kebiasan-kebiasaan buruknya di masa lalu.
Lewat hal itu Ipah mengetahui bahwa membatik tak hanya sekadar membuat pola-pola indah di atas sehelai kain namun membatik bagai ritual yang suci. Saat membatik hatinya harus bersih dan sabar dan setelah seluruh proses selesai dan berhasil, dia pun tak boleh takabur dan harus tetap rendah hati.
Acara yang dimoderati Shanti Ruwyastuti itu berlangsung begitu seru sejak awal hingga akhir. Shanti yang juga Bacaleg DPR RI Partai NasDem Dapil I Jateng itu bahkan merasa sangat senang saat mengetahui bedah novel tersebut akan dihadiri penulisnya langsung, Yan Lubis.
“Saya pernah napak tilas lokasi buku ini bersama penulis dan Qomar, yang mengilhami sosok Jiweng di sampul buku. Motif batik tulis Eliza van Zuylen (buketan) dan Rifa’iyah serta hubungan antara NU dan Muhammadiyah menjadikan novel ini sarat sejarah tetapi kaya imajinasi dan tetap humoris,” kata dia.
Kemudian Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat melihat bahwa novel Ipah dan Bromocorah, A Batik Story, karya Yan Lubis, merupakan sebuah kisah inspiratif, reflektif yang bersumber dari kehidupan di suatu masa dan salah satu karya intelektual warisan leluhur, yakni batik.
Menurut dia membatik, layaknya proses menapaki dan memaknai setiap jengkal kehidupan dan dari paras ayu Ipah dapat menjangkau arti dan makna motif batik buketan dan rifaiyah yang kini menjadi kekhasan daerah Batang dan Pekalongan.
“Nuansa kehidupan setiap petak Wonopringgo jadi ruang refleksi tentang nilai-nilai kehidupan. Dengan kekayaan informasi budaya, novel ini menjadi ajakan untuk melestarikan warisan leluhur, yang dipahat pada selembar kain,” kata dia.
Bahkan sesudah acara bedah novel dirinya berkesempatan menemui penulis dan melanjutkan cerita tentang kain batik yang mendapatkan tempat tersendiri dalam alur novel.
Pada kesempatan yang sama, Wasekjen NasDem Jakfar Sidik juga membagikan momen keseruan acara bedah novel tersebut di akun instagramnya. Dia membagikan informasi bahwa Novel Ipah dan Bromocorah bercerita tentang batik Rifaiyah. Batik bermakna sangat religius dan penuh perlawanan terhadap kolonialisme dan ketidak adilan.
Namun hari ini, lanjut dia batik yang penuh filosofi dan kepasrahan terhadap yang Mahakuasa ini sedang diambang kepunahan. Bahkan di tengah adanya satu hari nasional sebagai hari batik tetapi pasar batik kita dibanjiri batik printing impor.
“Suatu paradoks yang luar biasa. Karena banyak diantara kita hanya menyukai sekadar warna-warni tanpa berpihak pada sejarah dan makna yang ada,” kata dia.
(WH)