Transformasi BPJS Kesehatan Menuju Masa Depan: Mengoptimalkan Kualitas Pelayanan dan Keselamatan Pasien
Oleh: dr. Friedrich M Rumintjap, Sp.OG(K), MARS,FISQua, FRSPH, FIHFAA
Ketua DPD NasDem Kabupaten Bogor, Praktisi Kesehatan
SISTEM Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) di Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan yang mendesak. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien, perlu dipertimbangkan solusi-solusi inovatif yang didasarkan pada pandangan filsafat dan konsep ahli paling canggih dalam dunia kesehatan. Dalam esai ini, kita akan menjelajahi perubahan yang diperlukan dalam BPJS Kesehatan dengan bantuan pandangan filsuf terkemuka dan teori konsep ahli yang mencerahkan.
Pendekatan Filsafat: Prioritas Keselamatan Pasien
Filsuf terkenal, Immanuel Kant, mengajarkan bahwa individu harus selalu dianggap sebagai tujuan dalam dirinya sendiri, bukan sekadar alat untuk mencapai tujuan lain. Dalam konteks layanan kesehatan, pasien harus diutamakan sebagai subjek yang memiliki hak atas perawatan yang bermutu dan aman. Oleh karena itu, BPJS Kesehatan harus mengadopsi filosofi ini dalam setiap aspek kebijakan dan praktiknya.
Kebijakan saat ini yang membatasi klaim untuk tindakan bedah, seringkali menghasilkan tindakan medis yang kurang optimal karena alasan finansial. Sebagai gantinya, BPJS Kesehatan perlu memprioritaskan keselamatan pasien di atas segalanya. Dokter harus diberikan kebebasan untuk menjalankan tindakan tambahan yang dibutuhkan demi kesejahteraan pasien tanpa khawatir kehilangan klaim.
Teori Konsep Ahli: Mutu Layanan Kesehatan yang Holistik
Salah satu konsep ahli yang sangat relevan adalah pendekatan mutu layanan kesehatan yang holistik. Dr. Avedis Donabedian, seorang pakar mutu kesehatan, menekankan bahwa mutu pelayanan kesehatan tidak hanya berkaitan dengan hasil medis, tetapi juga dengan aspek-aspek seperti struktur dan proses perawatan. BPJS Kesehatan harus menerapkan pendekatan ini untuk menilai dan meningkatkan mutu layanan yang mereka sediakan.
Selain itu, konsep “Shared Decision-Making” yang dikemukakan oleh ahli kesehatan konsumen, Charles D. Smith, sangat penting. Pasien harus aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan mengenai perawatan mereka. BPJS Kesehatan perlu memastikan bahwa pasien memiliki akses ke informasi yang komprehensif dan didukung untuk berpartisipasi aktif dalam keputusan perawatan mereka.
Mengatasi Kendala dalam Pemeriksaan Rawat Jalan
Tantangan dalam pemeriksaan rawat jalan juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Dr. Elizabeth Teisberg, seorang ahli dalam konsep “Value-Based Health Care,” menekankan pentingnya mengukur dan memberikan nilai sejati kepada pasien. BPJS Kesehatan harus merancang kebijakan yang memungkinkan pasien dengan masalah kesehatan kronis menerima pemeriksaan yang komprehensif dalam satu kunjungan, mengurangi biaya dan beban bagi pasien.
Selain itu, pendekatan “Proactive Health Care” yang diperjuangkan oleh Dr. Dean Ornish, seorang ahli dalam pencegahan penyakit, harus dipertimbangkan. BPJS Kesehatan perlu lebih fokus pada pencegahan penyakit dengan memberikan insentif kepada peserta yang menjalani gaya hidup sehat dan mengikuti program pencegahan yang ditawarkan.
Peran BPJS sebagai Eksekutor dan Regulator
Pertimbangan juga harus diberikan pada peran ganda BPJS Kesehatan sebagai eksekutor dan regulator. Dr. Michael E. Porter, seorang ahli dalam “Value-Based Health Care Delivery,” menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam penyediaan layanan kesehatan. BPJS Kesehatan harus berfungsi sebagai koordinator yang mengintegrasikan berbagai aspek pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit, dokter, dan fasilitas kesehatan lainnya.
Selain itu, ahli ekonomi kesehatan terkemuka, Dr. Uwe E. Reinhardt, telah memperingatkan tentang birokrasi yang berlebihan dalam sistem kesehatan. BPJS Kesehatan harus mengurangi administrasi yang tidak perlu dan fokus pada penyediaan layanan yang efisien.
Keadilan dalam Menanggapi Keluhan Pasien
Tantangan dalam menanggapi keluhan pasien harus diatasi dengan prinsip keadilan yang kuat. Dr. Norman Daniels, seorang filsuf etika kesehatan, berbicara tentang konsep “Accountability for Reasonableness.” Ini berarti bahwa kebijakan dan keputusan yang berkaitan dengan layanan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan dan harus didasarkan pada alasan yang masuk akal. BPJS Kesehatan perlu memastikan bahwa setiap keluhan pasien diproses secara transparan dan adil, dengan penjelasan yang jelas.
Rekomendasi untuk Masa Depan BPJS Kesehatan
Dalam menghadapi tantangan ini, BPJS Kesehatan perlu melakukan transformasi menyeluruh. Beberapa rekomendasi yang dapat diambil untuk memastikan masa depan yang lebih baik, pertama-tama, tidak dapat disalahkan bahwa penekanan pada keselamatan pasien adalah langkah yang patut diacungi jempol. BPJS Kesehatan telah dengan bijaksana menempatkan kesejahteraan pasien sebagai prioritas utama dalam kebijakan dan praktiknya. Namun, dalam pujian ini, kita juga harus mengakui bahwa menghadapi berbagai tantangan dalam sistem kesehatan bukanlah tugas yang mudah.
Selanjutnya, rekomendasi tentang pendekatan holistik dalam mutu layanan kesehatan adalah visi yang menginspirasi. Hal ini mencerminkan tekad untuk memperbaiki seluruh aspek pelayanan kesehatan, mulai dari struktur hingga hasil perawatan. Namun, di tengah inspirasi ini, kita juga harus mengenali tantangan dalam menerjemahkan visi ini ke dalam tindakan nyata yang dapat memberikan manfaat konkret kepada pasien.
Partisipasi aktif pasien adalah pilar dalam mewujudkan pelayanan yang lebih manusiawi. Membuka pintu bagi pasien untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang perawatan mereka adalah pencerahan. Tetapi kita juga harus memastikan bahwa setiap pasien memiliki kesempatan yang setara untuk mengakses informasi yang relevan yang memungkinkan partisipasi tersebut.
Optimalisasi pemeriksaan rawat jalan adalah upaya efisiensi yang patut dicontohkan. Ini bertujuan untuk memberikan perawatan yang komprehensif dalam satu kunjungan, mengurangi beban pasien dengan masalah kesehatan kronis. Namun, tantangan terletak pada bagaimana implementasi dari rekomendasi ini dapat dilakukan tanpa mengorbankan kualitas perawatan.
Kolaborasi dan koordinasi di antara penyedia layanan kesehatan adalah langkah yang penting dalam menghadapi kerumitan sistem kesehatan. Namun, birokrasi yang berlebihan menjadi rintangan yang harus diatasi agar kerja sama ini dapat berjalan dengan lancar.
Mengurangi administrasi yang tidak perlu adalah harapan yang harus diwujudkan. Tetapi dalam upaya ini, perlu dilakukan dengan cermat agar tidak mengorbankan akuntabilitas dan kualitas pelayanan. Terakhir, prinsip keadilan dalam menanggapi keluhan pasien adalah pondasi moral yang kuat. Namun, kita harus memastikan bahwa proses penyelesaian keluhan berlangsung secara adil dan transparan.
Dengan tekad yang kuat dan kesungguhan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan memiliki potensi untuk membawa perubahan yang signifikan bagi masyarakat Indonesia menuju masa depan yang lebih sehat dan bermartabat. Semua ini harus dikerjakan dengan penuh komitmen demi kesejahteraan pasien dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Salam Restorasi