a

Subardi Menikmati Filosofi Bagi Roso di Warung Soto

Subardi Menikmati Filosofi Bagi Roso di Warung Soto

SLEMAN (29 Desember): Nama anggota DPR RI dari Partai NasDem Subardi memang tak asing bagi warga Yogyakarta. Legislator yang akrab disapa Mbah Bardi itu kerap blusukan ke dusun-dusun untuk memantau program aspirasi yang ia kerjakan.

Di balik kesibukannya sebagai wakil rakyat, Subardi punya kebiasaan unik di setiap kunjungan. Ia sering mampir ke warung soto langganan di berbagai tempat. Menurutnya, makan soto dapat mengembalikan semangat di tengah rutinitas yang padat.

“Memang suka nyoto dari dulu. Kita bisa makan sambil ngobrol ringan dengan penjualnya tentang berbagai hal,” kata Subardi saat makan di warung Soto Ayam Miroso Adisucipto, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (28/12).

Warung soto yang sering disinggahi Subardi antara lain Soto Ayam Miroso Adisucipto, Soto Ayam Pak Parmo Kridosono, Soto Sapi Pak Mustofa Jl Magelang, Soto Pak Slamet Gamping, Soto Kadipiro Jl Wates, Soto Ayam Pak Pas 1 Godean, dan Soto Tan Proyek Gunungkidul.

Di warung soto itulah, Subardi kerap bertemu dengan banyak orang dari berbagai kelas sosial. Ia mengaku senang karena sejak menjadi anggota DPR, banyak masyarakat menyapanya, mulai dari merespons isu-isu politik hingga menyampaikan berbagai aspirasi.

“Saya sering tiba-tiba diajak ngobrol warga. Soto itu kan simbol makanan rakyat. Warung soto menjadi wadah sosialisasi yang alamiah, itu bagus sekali,” terang Subardi.

Menurut Subardi, soal rasa di setiap warung memang berbeda-beda. Tetapi yang paling ia sukai adalah kesan dari setiap warung. Dari kesan itulah ia selalu ingin mampir menyapa para penjualnya hingga bernostalgia.

“Kita makan soto bukan sekedar makan, tetapi kita juga menikmati suasana. Ada banyak cerita yang berkesan di sana,” terang Mbah Bardi.

Soto memang sarat filosofi Jawa, yakni ‘bagi roso’, ‘bagi roto’ dan ‘podho roso’, ‘podho roto’. Semuanya memiliki arti sama, yakni kesetaraan dan saling berbagi. Bagi Subardi, pelajaran dari para penjual soto adalah ketekunan dalam berusaha. Kunci tekun inilah yang akan membawa kesuksesan meski dihadapkan dengan tantangan dan persaingan.

“Kuncinya tekun. Ada yang dulunya kaki lima, sekarang punya cabang banyak. Ada juga yang dari dulu ya segitu saja karena ingin mempertahankan keaslian. Ada juga yang sudah diteruskan generasi kedua. Saya suka dengar kisah sukses mereka,” ucap Mbah Bardi.

(NK/*)

Add Comment