Melindungi Hewan Harus Jadi Tanggung Jawab Bersama
JAKARTA (10 Juli): Salah satu cara membawa negara ini maju lagi dari segi ekonomi, sosial, politik adalah undang-undang hak hewan. Sekalipun ini hal kecil, kalau tidak bisa memperhatikannya, maka akan hancur semua.
“Jangan anggap undang-undang perlindungan hewan sesuatu yang sepele, karena ini adalah basis dari moral manusia,” kata Anggota Dewan Pakar DPP Partai NasDem Shanti Ramchand Shamdasani yang juga pemilik Yayasan Pecinta Hewan Shamdasani Foundation pada Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Regulasi Perlindungan Hewan dan Implementasinya di Gedung Nusantara DPR RI, Rabu (10/7).
FGD yang bertujuan melakukan evaluasi terhadap regulasi yang mengatur tentang hewan tersebut menghadirkan pembicara utama Dr Lestari Moerdijat, S.S., M.M, Wakil Ketua MPR RI/Penginisiasi Perubahan UU Perlindungan Hewan), Davina Veronica Hariadi (Yayasan Natha Satwa Nusantara), Dr Susana Somali SpPK (Penanggungjawab Shelter Anjing-Pejaten), Drh Indra Exploitasia, M.Si. (Staf Ahli Bidang Pangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) serta Andrian Hane, S.H (Advokat Khusus Hewan).
FGD yang digelar Fraksi Partai NasDem DPR itu juga dihadiri anggota Fraksi Partai NasDem Kamran Muchtar mewakili pimpinan Fraksi Partai NasDem DPR, Sulaeman L Hamzah dari Komisi IV DPR serta Taufik Basari dari Komisi III DPR yang mengikuti acara secara daring.
Dalam paparannya, Lestari Moerdijat mengungkapkan bahwa Partai NasDem DPR menganggap isu perlindungan hewan sangat penting dan memerlukan perhatian. Oleh karena itu kita harus berkumpul untuk mendengarkan berbagai masukan.
“Mendengarkan paparan dari para pembicara dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, agar kita bisa memahami isu ini secara komprehensif dan pada akhirnya dapat memperjuangkan regulasi perlindungan hewan dapat terwujud dengan baik,” terang Rerie, panggilan akrab Lestari Moerdijat.
Rerie juga menegaskan, menjadi tanggung jawab bersama untuk melindungi hewan dan hal itu sudah menjadi isu global dalam kerangka menjaga keseimbangan ekologis, khususnya keterhubungan manusia dengan entitas biologis lainnya.
“Pada dasarnya keseimbangan ekosistem, merupakan prasyarat keberlanjutan kehidupan. Bagaimana kapabilitas mencipta atau merusak yang melekat pada diri manusia sebagai makhluk yang berakal budi, memiliki kecerdasan emosi, dan mampu menentukan tindakan konstruktif atau destruktif,” tukas Rerie.
Davina Veronica Hariadi dari Yayasan Natha Satwa Nusantara mengungkapkan perihal penjualan hewan di pasar yang tidak jelas izin dan sertifikasi hewannya. Aktris dan model tersebut juga sering masuk ke pasar hewan menyaksikan langsung hewan-hewan yang teraniaya.
“Di sana saya bisa menyaksikan hewan-hewan yang tidak jelas pengawasannya, dari mana hewan tersebut didapatkan, bagaimana proses pengangkutannya, dan perawatan selama dalam proses penjualan. Bahkan saya melihat, hewan yang hidup bercampur dalam satu kandang dengan hewan yang sudah mati,” urai Davina.
Dijelaskan, umumnya pasar hewan tidak merawat hewan dengan baik. Kandang sempit, kotor, minim cahaya, tidak ada akses air minum dan makanan yang bersih, serta pencampuran area hewan beda spesies.
“Pasar ini menjual bermacam hewan, mulai dari satwa liar, satwa eksotik, hingga hewan peliharaan,” tukas Davina.
Dalam kesempatan tersebut, Susana Somali mengungkapkan seringnya dia menemui kesulitan pada saat harus menyelamatkan hewan anjing atau kucing, karena dipertahankan pemiliknya.
“Sering kali kami menghadapi kesulitan saat ingin menyelamatkan hewan, tetapi pemiliknya tidak mau melepaskan hewan tersebut. Untungnya saat ini, eksposur sosial media memberikan efek yang baik kepada kami. Sosmed mampu memberikan hukuman etik dan moral kepada pemilik hewan yang memperlakukan hewan sewenang-wenang,” kata Susana.
Oleh karena itu, tambah Susana, FGD Regulasi Perlindungan Hewan menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu agar hewan mendapat perlindungan melalui perbaikan undang-undang kehewanan yang sudah ada.
“Semua butuh waktu. Saya tahu ini tidak akan sebentar. Mengubah budaya membutuhkan waktu yang lama. Tapi diskusi ini sudah menjadi awal yang baik,” ujar Susana.
Mewakili unsur pimpinan Fraksi Partai NasDem DPR, Kamran Muchtar Podomi dalam closing statemennya mengatakan, FGD kali ini menjadi sangat menarik karena diikuti oleh pelaku, pemerhati dan mereka yang sangat peduli dengan hewan dalam rangka perbaikan kita ke depan.
“Ini merupakan perkembangan pikiran dan juga peradaban. Kita percaya bahwa ke depan nanti lebih baik dari hari ini. Dari sisi regulasi paling tidak pada setiap kementerian, peraturan menteri dan semuanya tentu sudah menyerap seluruh pemikiran terkait dengan masalah ekosistem dalam hal ini adalah hewan dan variannya,” jelas Kamran.
Tetapi, tambah Kamran, terkait sosialisasi seperti masalah perlindungan terhadap hewan perlu edukasi yang banyak serta model pendekatannya.
“Semua masukan ini akan menjadi bahan bagi kami di Fraksi Partai NasDem agar di periode ke depan bisa dimajukan menjadi regulasi Rancangan Undang-undang Perlindungan Hewan,” pungkas Kamran.
(*)