a

Pendekatan Psikoterapi Islami dalam Penyembuhan Korban Pelecehan Seksual Anak

Pendekatan Psikoterapi Islami dalam Penyembuhan Korban Pelecehan Seksual Anak

Oleh: Dr. Ayu Alwiyah Aljufri
Anggota Dewan Pertimbangan DPP Partai NasDem 2024-2029

DALAM menghadapi kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, pendekatan yang komprehensif dan mendalam sangat diperlukan untuk membantu korban pulih secara keseluruhan.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah psikoterapi Islami, yang menggabungkan metode psikoterapi konvensional dengan prinsip-prinsip Islam. Terapi ini dirancang untuk mengatasi trauma, membangun rasa aman, dan mengembalikan kesejahteraan emosional, mental, serta spiritual anak.

Terapi kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur melalui pendekatan psikoterapi Islami dapat melibatkan beberapa tahapan yang menggabungkan metode psikoterapi konvensional dengan prinsip-prinsip Islam.

Tujuan utama terapi ini adalah untuk membantu korban pulih secara emosional, mental, dan spiritual.

Beberapa langkah-langkah yang bisa diterapkan untuk menangani korban pelecehan seksual anak di bawah umur antara lain:

1.Penerimaan dan Penanganan Trauma.
•Melalui pendekatan Psikoterapi konvensional: Terapi dimulai dengan mengidentifikasi trauma yang dialami anak, kemudian dilanjutkan dengan proses pengelolaan trauma melalui terapi kognitif-behavioral (CBT) atau terapi bermain.

Terapi ini akan membantu anak mengatasi rasa takut, kecemasan, dan trauma serta mengajarkan anak keterampilan untuk mengelola emosi dan menghadapi tantangan di masa depan. Meningkatkan rasa percaya diri dan keberdayaan anak dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya permainan ini, mereka dapat mengungkapkan ketakutan, kemarahan, atau kebingungan mereka, dan terapis dapat membantu mereka menemukan solusi emosional yang sehat melalui arahan permainan.

Kedua terapi ini efektif untuk anak-anak yang mengalami trauma, karena mereka memberikan ruang yang aman untuk mengungkapkan perasaan dan memperbaiki cara berpikir serta respons emosional mereka terhadap trauma.

•Pendekatan Islami: Menyadarkan anak tentang takdir Allah dan pentingnya tawakal (percaya dan menyerahkan hasil kepada Allah) bisa disampaikan dengan penuh bijaksana dan tanpa mengabaikan rasa sakit yang dialami oleh anak.

Pemahaman bahwa Allah selalu bersama mereka dalam setiap kesulitan Allah akan memberikan jalan keluar dan rasa ketenangan pada diri anak. QS Al-Insyirah Ayat 5-6 : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

2.Membangun Rasa Aman.

•Psikoterapi konvensional: Ruang aman dalam terapi konvensional adalah lingkungan yang secara fisik, mental, dan emosional aman, yang didesain untuk mendukung anak-anak agar merasa bebas mengekspresikan diri, tanpa tekanan atau rasa takut.

Ini membantu anak-anak memproses trauma mereka dengan lebih efektif, membangun kembali kepercayaan diri terhadap orang lain, serta memperbaiki kondisi mental dan emosional mereka.

•Pendekatan Islami: Mengajarkan nilai penting perlindungan dan keamanan dari keluarga, serta pentingnya mendekatkan diri kepada Allah sebagai sumber perlindungan utama. Doa perlindungan, seperti doa dari Al-Qur’an, dapat memberikan ketenangan hati. Islam adalah agama yang memiliki tujuan mulia dan berbudi luhur, yaitu Rahmatan lil’alamin (membawa kebahagiaan bagi seluruh ciptaan).

Ajaran Islam mengutuk kekerasan terhadap perempuan sebagai tindakan tercela yang bertentangan dengan hukum Syariah. Sebagaimana Firman Allah swt QS AnNur ayat 30 : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.
3.Menghadapi Perasaan Malu dan Bersalah.

•Psikoterapi konvensional: Mengatasi perasaan bersalah dan malu yang sering muncul akibat pelecehan adalah penting dalam terapi. Anak diberi pemahaman bahwa mereka bukan penyebab kejadian tersebut.

Biasanya mereka ditempatkan di Rumah Aman dimana anak-anak yang mengalami trauma dari pelecehan seksual akan dibantu untuk memulihkan kepercayaan dirinya, dan mengubah pikiran negatif yang ada pada dirinya mendorong menjadi realistis dan positif, karena yang terjadi adalah bukan kesalahan mereka sehingga rasa bersalah secara bertahap akan hilang dan anak lebih percaya diri.

•Pendekatan Islami: Dalam Islam, rasa bersalah yang tidak semestinya harus dihilangkan dengan pemahaman bahwa dosa dan kesalahan sepenuhnya berada di pihak pelaku, bukan korban. Anak diajarkan untuk fokus pada pembersihan hati melalui ibadah dan mendekatkan diri pada Allah.

4.Penyembuhan Spiritual.

•Psikoterapi konvensional: Membantu anak menemukan tujuan hidup dan makna setelah pelecehan adalah bagian penting dari penyembuhan jangka panjang.

•Pendekatan Islami: Mengajarkan pentingnya ibadah, seperti shalat, membaca Al-Qur’an, dan dzikir sebagai sarana penyembuhan spiritual. Kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh dalam sejarah Islam yang menghadapi kesulitan juga dapat membantu membangun kembali rasa percaya diri dan kekuatan spiritual.

5.Dukungan Keluarga dan Lingkungan.

•Psikoterapi konvensional: Terapi keluarga sangat penting dalam membantu anak merasa didukung oleh orang-orang di sekitarnya.

•Pendekatan Islami: Islam sangat menekankan peran keluarga dalam memberikan dukungan, kasih sayang, dan perlindungan. Keluarga didorong untuk lebih banyak melibatkan diri dalam kehidupan spiritual anak, seperti mengajaknya menghadiri majelis ilmu atau kegiatan agama bersama.

6.Doa dan Ibadah Sebagai Bagian dari Terapi.

Menekankan pentingnya doa-doa khusus yang diajarkan Nabi Muhammad SAW untuk perlindungan dan pemulihan, seperti membaca doa-doa untuk mengusir rasa takut dan kecemasan. Memperbanyak membaca istighfar dan doa dibawah ini:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.”

Selain itu, ibadah seperti shalat tahajud, puasa sunnah, dan dzikir juga diajarkan sebagai sarana spiritual dalam proses penyembuhan.

7.Pemberdayaan dan Pendidikan.

•Psikoterapi konvensional: Memberdayakan korban untuk menjadi lebih mandiri dan memiliki kontrol atas hidup mereka adalah bagian dari proses pemulihan.

•Pendekatan Islami: Memberikan pendidikan agama yang memperkuat pemahaman anak bahwa mereka berharga di hadapan Allah dan bahwa masa depan mereka bisa menjadi lebih baik. Penguatan melalui ajaran agama tentang keadilan dan kasih sayang Allah dapat memberikan rasa optimisme.

Dengan menggabungkan psikoterapi modern dan prinsip-prinsip Islam, terapi ini diharapkan dapat memberikan pemulihan yang menyeluruh, baik dari segi psikologis, emosional, maupun spiritual bagi anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual.

Mencegah pelecehan seksual terhadap anak memerlukan pendekatan multidimensi, termasuk edukasi, penegakan hukum yang ketat, dukungan psikologis untuk korban, dan peningkatan pengawasan terhadap pelaku. Semua pihak, mulai dari keluarga hingga pemerintah, memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak dan meminimalisir kemungkinan terjadinya peristiwa yang serupa di masa depan.

Peristiwa yang melibatkan remaja baru-baru ini menjadi perhatian publik, terutama terkait dugaan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Kasus ini sangat serius karena menyangkut hak-hak anak yang harus dilindungi, terutama dalam konteks kekerasan atau pelecehan.

Anak-anak berada dalam situasi yang sangat rentan dan membutuhkan perhatian khusus dari orang tua, masyarakat, serta penegak hukum. Kasus semacam ini tidak hanya merusak mental dan fisik anak, tetapi juga berdampak jangka panjang terhadap perkembangan psikologis mereka. Oleh karena itu, penting untuk mendukung korban dan memastikan proses hukum berjalan dengan adil, serta memberikan pemulihan dan perlindungan yang memadai bagi anak-anak yang terlibat.

Selain itu, peran media juga sangat penting dalam menangani kasus seperti ini agar tidak menimbulkan trauma lebih lanjut bagi korban dan keluarganya. Media harus tetap beretika dalam pemberitaan, serta menghindari eksploitasi anak atau menyebarkan informasi yang bisa merugikan korban.

Dengan demikian, pendekatan psikoterapi Islami dalam menangani kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur menawarkan sebuah metode yang holistik, mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual.
(WH)

Add Comment