DPS Gelar Reses, Tekankan Kebutuhan SLB di Kota Bogor
BOGOR (20 Oktober): Anggota Fraksi NasDem DPRD Kota Bogor, Devie Prihartini Sultani (DPS) menggelar reses masa sidang pertama tahun 2024 di RW 06, Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat, Jumat (18/10).
Dalam kesempatan ini, Devie menerima berbagai aspirasi dari warga setempat, salah satunya mengenai kebutuhan Sekolah Luar Biasa (SLB) bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Devie menyoroti kondisi dua anak berkebutuhan khusus yang saat ini bersekolah di sekolah umum. Menurutnya, kedua anak tersebut mengalami depresi akibat sering menjadi korban bullying karena lingkungan sekolah yang tidak mendukung kebutuhan mereka.
“Psikiater menyarankan agar anak-anak tersebut tidak bersekolah di sekolah umum, namun keluarga kesulitan menemukan SLB yang dikelola pemerintah,” ungkap Devie.
Menyikapi hal ini, Devie bertekad mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untuk membangun lebih banyak SLB berkualitas dan terjangkau di setiap kecamatan. Dia menekankan pentingnya akses pendidikan yang layak bagi anak berkebutuhan khusus agar mereka dapat memiliki masa depan yang lebih baik.
“Anak-anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk masa depan yang lebih baik. Mereka butuh akses pendidikan yang layak, dan ini akan saya bawa ke rapat komisi, meskipun bukan mitra kerja saya,” jelas dia.
Devie berharap Pemkot Bogor segera merencanakan pembangunan SLB dalam lima tahun ke depan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan akses pendidikan yang sesuai.
Selain isu pendidikan, Devie juga menampung aspirasi warga terkait pembangunan turap di wilayah Gunung Batu yang sudah menjadi perhatian sejak 2011.
Sekretaris DPD NasDem Kota Bogor itu mendesak agar pembangunan turap segera dimasukkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) agar dapat direalisasikan sebelum ada korban.
Di samping itu, Devie juga menyoroti keluhan warga terkait lapangan pekerjaan dan sistem zonasi pendidikan. Banyak warga mengeluhkan sulitnya mendapatkan pekerjaan meskipun anak-anak mereka telah lulus sekolah, serta masalah ketidakadilan dalam sistem zonasi yang merugikan anak-anak berprestasi.
“Sistem zonasi masih menjadi keluhan, terutama bagi anak-anak yang berprestasi tapi kalah karena jarak. Ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi Wali Kota terpilih nanti,” tutupnya.
(WH)