a

NasDem Minta Pandangan Tertulis Direksi Himbara terkait Penggabungan Aset ke Danantara

NasDem Minta Pandangan Tertulis Direksi Himbara terkait Penggabungan Aset ke Danantara

JAKARTA (14 November): Anggota Komisi VI DPR Asep Wahyuwijaya mendukung upaya konsolidasi aset tujuh BUMN jumbo dan investasi yang akan dilakukan Badan Pengelola Investasi Danantara (Daya Anagata Nusantara), namun dengan sejumlah catatan penting.

Perlunya kajian mendalam terkait rencana konsolidasi aset Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) dan rencana investasinya agar tidak menimbulkan risiko bagi stabilitas BUMN terkait,” ungkap Asep dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR dengan Direksi Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN dan BSI (Bank Syariah Indonesia) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11).

Asep menegaskan bahwa Danantara memiliki potensi untuk memberikan kontribusi besar jika aset-aset yang dimiliki tujuh perusahaan pelat merah besar dikelola dan diinvestasikan dengan tepat.

Tujuh BUMN tersebut ialah PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT PLN, PT Pertamina, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Telkom Indonesia Tbk, dan PT Mineral Industri Indonesia (Mind ID).

Bila dikelola secara baik, imbuhnya, maka dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap fiskal negara. Untuk itu ia berharap agar strategi yang diterapkan tidak sekadar meniru model investasi seperti Temasek dari Singapura.

Jika kita mengimajinasikan bahwa Danantara ini seperti Temasek, maka sesungguhnya keadaannya tidaklah sama. Secara historis, Temasek yang berdiri pada 1974, dimulai dengan aset hanya ratusan juta dolar Singapura, tapi kini telah tumbuh besar dan telah mengelola aset hingga ratusan miliar dolar,” papar Asep.

Legislator NasDem dari Dapil Jawa Barat V (Kabupaten Bogor) itu menambahkan, bisnis Temasek tumbuh dan berkembang secara autentik dengan memulai bisnisnya dari bawah seperti mengelola hotel, pabrik susu, sepatu, sabun cuci hingga maskapai penerbangan. Sekarang, Temasek sudah memiliki banyak usaha dan telah ekspansi ke mana-mana.

Kondisi ini jelas berbeda dengan Danantara yang dengan serta merta akan menjadi super holding besar, bahkan asetnya melebihi Temasek karena menggabungkan perusahaan yang sudah sehat dan mapan secara finansial,” tandas Kang AW, sapaan akrab Asep Wahyuwijaya.

Asep juga menggarisbawahi perbedaan mendasar antara aset yang dimiliki perusahaan seperti Pertamina, Telkom, Mind ID, dan PLN yang memiliki aset yang jelas, dengan aset Bank Mandiri, BRI, dan BNI yang punya aset berupa dana kelolaan dari masyarakat.

Kalau ke tujuh BUMN itu asetnya digabungkan, sementara neraca asetnya sendiri sejak awal sudah berbeda, tentu hal ini harus menjadi perhatian karena bagi bank yang sudah menjadi perusahaan terbuka akan berdampak pada kepercayaan publik,” paparnya.

Jika dilihat, kata dia, Pertamina, Mind ID, Telkom, dan PLN jelas ada barang yang bisa dijadikan aset. Sedangkan di bank ada aset berupa dana pihak ketiga yang harus dipisahkan. Pertanyaannya, apakah nilai aset Danantara yang disebut-sebut mencapai US$600 miliar itu termasuk aset bank yang didalamnya ada dana masyarakat yang dikelola?

Saya kira hal ini tentunya perlu untuk diuji bersama agar tidak ada salah persepsi terkait dengan besaran aset sesungguhnya yang kelak menjadi modal investasi Danantara,” tegasnya.

Asep pun menilai, penggabungan bisnis perbankan dengan sektor lainnya yang jelas-jelas memiliki core business berbeda, seperti energi, migas, dan tambang, berpotensi menimbulkan masalah.

Bank memiliki spirit dan hakekat bisnis yang sangat ketat dan amat prudent (hati-hati) karena menyangkut kepercayaan dalam mengelola dan melindungi dana masyarakat. Jika digabungkan dengan bisnis lain yang berbeda inti bisnisnya dan tidak sehati-hati bisnis bank, maka kira-kira akan seperti apa konsekuensinya,” katanya.

Asep pun meminta agar bank-bank BUMN seperti BRI, Mandiri, dan BNI memberikan pandangan tertulis terkait potensi, dampak dan risiko yang mungkin terjadi.

Asep pun menyinggung soal rencana investasi yang sesungguhnya akan dilakukan oleh Danantara.

Lagi-lagi, jika dibandingkan dengan Temasek yang memulai bisnis dari Bawah, lalu tumbuh menjadi besar dengan berbagai rencana bisnis yang telah dijalankannya. Sedangkan Danantara sendiri kan sesungguhnya mengonsolidasikan BUMN-BUMN yang memang sudah besar dan solid,” tukasnya.

Menurut Asep, bank-bank BUMN saat ini posisinya sudah berada dalam kondisi yang performed dan sedang tumbuh dengan berbagai inovasi yang dilakukan.

BRI, Mandiri, dan BNI sudah semakin mapan dan akan terus berkembang. Saya rasa penting bagi kami di DPR untuk mendapatkan informasi yang jelas, terkait penggabungan aset bank-bank BUMN ke dalam Badan Danantara agar dukungan politik kita pun firm dan bisa diberikan secara solid karena tidak ada pihak yang dirugikan,” pungkasnya.

(RO/*)

Add Comment