Lisda Hendrajoni: Perempuan Harus Menjadi Agen Perubahan
PADANG (29 Desember): Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem Lisda Hendrajoni menjadi salah satu pembicara dalam Pelatihan Pengkaderan DANA II yang digelar Nasyiatul Aisyiyah wilayah Sumatra Barat di Gedung BBPMP, Kota Padang, Jumat (27/12).
Kegiatan bertajuk ‘Perempuan Bisa Apa’ juga menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidang perempuan yakni anggota DPRD Provinsi Sumatra Barat Sri Kumala Dewi.
Dalam kesempatan tersebut, Lisda yang akrab disapa Bunda Lisda, menyampaikan peran perempuan dalam perspektif Islam, dan belajar dari tokoh perempuan inspiratif dalam Islam yakni Siti Khadijah dan Aisyah RA.
“Perempuan dalam perspektif Islam dapat kita rujuk melalui dua sosok perempuan yang inspiratif dalam Islam yakni Siti Khadijah dan Aisyah RA. Siti Khadijah adalah seorang pengusaha sukses dan Aisyah adalah seorang ilmuwan yang menjadi rujukan ilmu fiqih dan hadis. Keduanya merupakan pendukung utama Rasullullah dalam berdakwah,” papar Lisda.
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 124, Allah SWT berfirman, “Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka mereka itu akan masuk surga.”
Hal itu, menurut Lisda merupakan bentuk penegasan kesetaraan ataupun peluang yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk berprestasi, baik di dunia maupun akhirat.
“Kita memaknai di sini peluang yang sama bagi perempuan dan laki-laki dalam berprestasi baik di dunia dan akhirat. Bahkan Islam memberikan tempat yang istimewa bagi perempuan yang beriman,” terang legislator NasDem dari Dapil Sumatra Barat I (Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, Sijunjung, Tanah Datar, Kepulauan Mentawai, Dharmasraya, Solok Selatan, Kota Padang, Kota Solok, Kota Sawahlunto, dan Kota Padangpanjang) itu.
Anggota komisi VIII DPR itu juga menerangkan, di tengah dinamika kehidupan saat ini dan seiring perkembangan zaman, perempuan memiliki peran besar dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan Lisda menilai, perempuan memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan, contohnya pada bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial politik.
“Perempuan adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Jika seorang ibu cerdas, maka generasi yang dilahirkan juga akan cerdas. Sedangkan di bidang perkenomian, banyak perempuan yang kini menjadi penggerak perekonomian keluarga dan masyarakat, termasuk melalui wirausaha. Bahkan di bidang sosial politik, saat ini tidak sedikit perempuan yang menjadi pemimpin dalam organisasi, bahkan di tingkat nasional,” ungkapnya.
Namun demikian, Lisda menegaskan, masih terdapat sejumlah tantangan yang harus dilalui para perempuan meski di era modern dan kesetaraan gender pada saat sekarang ini.
“Masih ada anggapan bahwa perempuan hanya pantas berada di rumah yang kita kenal dengan budaya patriarki, hingga akses yang terbatas sehingga saat ini banyak perempuan yang belum mendapatkan kesempatan pendidikan atau pekerjaan yang layak,” jelasnya.
Istri Bupati Pesisir Selatan terpilih itu juga memberikan solusi dengan memperkuat literasi dan keterampilan, membangun solidaritas.
“Perempuan harus terus belajar dan mengembangkan diri, baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Serta bangun solidaritas, contohnya seperti Aisyiyah ini sebagai tempat untuk saling mendukung dan mendorong kemajuan bersama. Dan semuanya dapat kita mulai dengan hal-hal kecil dari keluarga,” terangnya.
Oleh karena itu, menurut Lisda, ketika muncul Pertanyaan ‘Perempuan Bisa Apa’ tentunya hal ini cukup menggelitik.
“Karena jawabannya, perempuan bisa melakukan apa saja, selama itu baik dan bermanfaat,” pungkas Lisda.
(Bee/*)