a

Krisis Kesehatan Global: Tantangan Norovirus dan HMPV pada Sistem yang Rentan

Krisis Kesehatan Global: Tantangan Norovirus dan HMPV pada Sistem yang Rentan

Oleh Kol (Purn) dr. Friedrich M Rumintjap

Praktisi Kesehatan/Ketua DPD Partai NasDem Kabupaten Bogor

 

Tahun 2025 menunjukkan dunia tengah menghadapi krisis kesehatan yang kompleks. Lonjakan kasus Norovirus di Amerika Serikat dan Human Metapneumovirus (HMPV) di Tiongkok menjadi bukti nyata bahwa sistem kesehatan global masih rapuh.

Pertanyaannya, apakah kita benar-benar siap menghadapi tantangan ini?

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jumlah kasus Norovirus di Amerika Serikat pada 2024 adalah yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Virus ini mudah menular melalui permukaan yang terkontaminasi atau kontak langsung, terutama di ruang publik seperti kapal pesiar dan hotel.

Lonjakan ini menunjukkan bahwa sanitasi dan edukasi kesehatan masyarakat masih belum cukup kuat untuk menghadapi ancaman penyakit yang sebenarnya sudah dikenal.

Sementara itu, di Tiongkok, Human Metapneumovirus (HMPV) memicu lonjakan kasus flu. Virus ini menyerang saluran pernapasan dan sangat berbahaya bagi kelompok rentan, seperti anak-anak dan lansia.

Meskipun kekebalan masyarakat terhadap HMPV cukup baik dibandingkan virus baru seperti covid-19, musim dingin tetap menjadi faktor utama penyebaran. Chinese Center for Disease Control and Prevention memprediksi peningkatan kasus HMPV pada anak-anak di bawah usia 14 tahun dalam dua bulan ke depan.

Yang membuat situasi ini lebih serius adalah mobilitas tinggi selama musim liburan akhir tahun. Jutaan orang bepergian antara Amerika Serikat dan Tiongkok, menciptakan jalur penyebaran virus lintas negara yang sulit dikendalikan.

Hal ini menunjukkan lemahnya koordinasi antarnegara dalam mengelola ancaman kesehatan global, yang seharusnya menjadi perhatian utama.

Di dalam negeri, tantangan juga tidak kalah besar. Di Indonesia, misalnya, koordinasi antara Kementerian Kesehatan dan pihak-pihak terkait seringkali tidak berjalan lancar. Akibatnya, kebijakan yang diambil sering tidak efektif dan tidak sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Sistem kesehatan yang terfragmentasi hanya memperburuk ketidakmampuan kita untuk merespons krisis. Jika negara maju seperti Amerika Serikat dan Tiongkok saja kewalahan, bagaimana dengan negara berkembang yang infrastrukturnya jauh lebih terbatas?

Langkah Solusi yang Mendesak

Ada beberapa langkah yang perlu segera diambil untuk mengatasi situasi ini, yaitu pertama, memperkuat koordinasi global. Dalam hal ini WHO harus berperan lebih aktif dalam mendistribusikan sumber daya, berbagi data, dan memberikan panduan kebijakan berbasis bukti.

Kedua, memperbaiki komunikasi internal di tingkat nasional. Di Indonesia, sinergi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta harus menjadi prioritas untuk memperbaiki respons terhadap krisis.

Ketiga, edukasi masyarakat. Kampanye nasional tentang pentingnya kebersihan, seperti mencuci tangan dengan benar, harus dilakukan secara berkelanjutan.

Namun, semua langkah ini hanya akan berhasil jika ada kepemimpinan yang kuat. Dunia membutuhkan pemimpin yang berani mengambil keputusan berdasarkan data ilmiah, bukan sekadar politik. Para pemimpin harus memahami bahwa kesehatan adalah pondasi utama stabilitas ekonomi dan sosial.

Krisis kesehatan ini adalah pengingat bahwa dunia semakin terhubung, tetapi juga semakin rentan. Lonjakan Norovirus dan HMPV hanyalah permulaan dari tantangan yang lebih besar jika sistem kesehatan kita tidak segera diperbaiki.

Keberhasilan kita menghadapi tantangan ini bergantung pada kemampuan para pemimpin untuk melihat gambaran besar dan bertindak dengan keberanian serta kebijaksanaan. Kesehatan bukan hanya masalah individu, tetapi tanggung jawab bersama yang memerlukan kerja sama lintas batas.

(FFl

Add Comment