Ramadhan sebagai Latihan Kesabaran Mengelola Emosi dan Menguatkan Jiwa

Oleh: Dr Ayu Alwiyah Aljufri, M.Si.

Anggota Dewan Pertimbangan Pusat DPP Partai NasDem

 

BULAN Ramadhan adalah momen istimewa bagi umat Islam untuk tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kesabaran dan pengendalian emosi. Puasa menjadi sarana efektif dalam mengasah kemampuan mengendalikan diri dan memperkuat kecerdasan emosional.

Puasa sebagai Latihan Kesabaran

Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri dari berbagai godaan, baik fisik maupun emosional. Dengan menahan lapar dan haus, kita belajar mengendalikan emosi dan nafsu, yang pada gilirannya memperkuat kesabaran dalam menghadapi berbagai situasi. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 183: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ayat ini menegaskan bahwa puasa bertujuan untuk membentuk pribadi yang bertakwa, di mana kesabaran menjadi salah satu ciri utamanya.

Nabi Muhammad SAW juga menyebutkan bahwa Ramadhan dikenal sebagai “bulan kesabaran”.

Hal ini ditekankan dalam sabdanya: “Puasa adalah perisai, maka janganlah seseorang berkata kotor atau berbuat kebodohan. Jika ada yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata: ‘‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa puasa memiliki keterkaitan erat dengan kesabaran, karena dalam berpuasa seseorang harus menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu, yang semuanya membutuhkan kesabaran yang cukup tinggi.

Mengendalikan Emosi Selama Bulan Suci Ramadhan

Menjalani puasa seringkali diiringi dengan tantangan emosional, seperti mudah marah atau merasa frustrasi. Namun, Ramadhan memberikan kesempatan untuk belajar mengendalikan emosi negatif dan meningkatkan kesabaran dalam menghadapi tantangan sehari-hari. Menahan emosi dan mengembangkan kesabaran di bulan puasa bukan hanya upaya mengendalikan diri, tetapi juga merupakan bagian dari tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) yang memiliki dampak positif bagi kesehatan mental dan spiritual.

Al-Qur’an dan hadis memberikan panduan tentang pentingnya mengendalikan amarah, terutama saat berpuasa. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali ’Imran ayat 134: “Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Ayat ini menekankan bahwa menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain adalah perbuatan yang dicintai oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW juga bersabda: “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Puasa di bulan Ramadhan akan berdampak positif bagi kesehatan mental di antaranya dapat:

• Mengurangi stres dan kecemasan: Menahan emosi dengan bersabar mencegah stres berlebihan, karena puasa mengajarkan seseorang untuk fokus pada hal-hal positif dan mendekatkan diri kepada Allah.
• Meningkatkan ketahanan mental (Resiliensi): Orang yang terbiasa bersabar selama berpuasa cenderung lebih mampu menghadapi kesulitan dengan ketenangan dan kebijaksanaan.
• Memperbaiki hubungan sosial: Dengan melatih diri untuk tidak mudah marah atau tersinggung, puasa membantu menjaga keharmonisan dalam interaksi sosial.

Bagaimana cara Mengelola Emosi di Bulan Ramadhan.

Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk meredam emosi, di antaranya:
1. Perbanyak istighfar dan zikir: Mengucapkan istighfar dan zikir dapat menenangkan hati dan pikiran, membantu meredakan amarah yang muncul.
2. Menghindari pemicu emosi: Usahakan untuk menjauh dari situasi atau individu yang dapat memicu kemarahan, terutama saat berpuasa.
3. Berwudhu: Ketika merasa marah, berwudhu dapat membantu menenangkan hati dan pikiran.
4. Melakukan aktivitas positif: Seperti rutinitas tadarus membaca Al-Qur’an, berolahraga ringan, atau mengikuti kajian keagamaan untuk mengalihkan perhatian dari hal-hal negatif.
5. Istirahat yang cukup: Karena kelelahan dapat memicu emosi negatif, oleh karena itu pastikan mendapatkan istirahat yang cukup memadai.

Semoga kiat-kiat di atas dapat membantu kita menjalani ibadah puasa dengan lebih tenang dan penuh dengan kesabaran, serta dapat meraih keberkahan serta maghfirah di bulan suci Ramadhan secara maksimal.

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga latihan kesabaran dan pengendalian emosi.

Dengan tazkiyatun nafs, puasa membantu seseorang untuk menyucikan hati, memperkuat mental, dan mendekatkan diri kepada Allah.

Oleh karena itu, menahan emosi dan mengembangkan kesabaran di bulan puasa memiliki manfaat besar bagi kesehatan mental dan spiritual kita. Insyaallah. Selamat menjalankan ibadah di Bulan Suci Ramadhan 1446 H, semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita.

Aamiiin yaa Robbal aalamiiin.

(WH)

Add Comment