Rudi Bangun Pertanyakan Alasan Pertamina tak Beli Minyak Mentah Dalam Negeri

JAKARTA (11 Maret): Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Rudi Hartono Bangun, mempertanyakan kebenaran isu produk minyak mentah yang diproduksi dalam negeri ditolak PT Pertamina.

“Produk minyak mentah dari kilang-kilang dalam negeri, saya mendengar apakah benar atau tidak, nanti tolong dijelaskan. Katanya produk kilang minyak dalam negeri yang harusnya bisa dipakai pertamina, malah tidak diterima,” ujar Rudi saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR dengan PT Pertamina (Persero) dan Subholding di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/3/2025).

Legislator Partai NasDem dari Daerah Pemilihan Sumatera Utara III (Kabupaten Langkat, Karo, Simalungun, Asahan, Dairi, Pakpak Bharat, Batubara, Pematangsiantar, Tanjung Balai, dan Kota Binjai) itu menilai, penolakan Pertamina tersebut tercermin dari langkah memilih opsi mengimpor minyak dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

“Malahan Pertamina mengimpor dari luar, apakah itu benar?” tanya Rudi.

Untuk itu, ia menegaskan bahwa isu yang mengemuka tentang tidak terakomodasinya produk minyak dalam negeri di Pertamina.

“Jadi akhirnya produk dalam negeri atau dari swasta tidak diterima,” paparnya.

Menurutnya, isu tak terakomodasinya produk minyak dalam negeri di Pertamina menjadi salah satu aspirasi yang diserap Rudi dari sejumlah konstituen di daerah pemilihannya.

Pasalnya, terdapat keraguan masyarakat terhadap kualitas produk minyak Pertamina yang justru diimpor dari luar negeri.

“Saya diberi titipan pertanyaan dari banyak konstituen saya tentang produk-produk Pertamina ini,Pak. Salah satunya adalah minyak tadi. Mereka menanyakan, selama ini Pertamina membeli minyak kadar RON-nya 88 atau 90? Tapi dijual ke kami RON 92, apakah benar?” ungkap Rudi.

“Lalu kalau dijual RON 88 dinaikkan 92, berapa belinya, Pak? Berapa harga impor yang dibeli Pertamina? Lalu dijual ke kami berapa?” lanjutnya.

Bahkan, terdapat juga isu permainan harga dalam pengiriman minyak melalui kapal. Maka, ia meminta penjelasan komprehensif dari Pertamina.

“Kemudian mereka mengimpor mengirim pakai kapal, saya dengar lagi pengiriman kapalnya bisa dinaikkan harganya, di-markup, benar enggak?” tegasnya.

(Safa/*)

Add Comment