Sinergi Pemerintah dan Otoritas Keuangan Kunci Jaga Stabilitas Pasar

Getting your Trinity Audio player ready...

JAKARTA (9 April): Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fauzi Amro, menyatakan sinergi antara pemerintah dan otoritas keuangan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.

Hal itu disampaikan Fauzi menyikapi tren dan dampak penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini.

Ia memastikan bahwa Komisi XI DPR RI telah aktif berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Bank Indonesia (BI) melalui berbagai rapat kerja dan dengar pendapat.

“Kami mendorong otoritas untuk meningkatkan komunikasi dengan pelaku pasar, menjaga stabilitas sistem keuangan, serta memastikan adanya langkah-langkah mitigasi risiko yang terukur dan tepat waktu,” ujar Fauzi, Rabu (9/4/2025).

Legislator Partai NasDem dari Daerah Pemilihan Sumatera Selatan I (Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Kota Palembang, dan Lubuklinggau) itu mengungkapkan, terdapat beberapa langkah strategis yang diusulkan agar kondisi ekonomi tetap terjaga di tengah dinamika pasar.

Fauzi menjelaskan, perlunya insentif fiskal bagi investor dan optimalisasi pengawasan pasar dan proteksi investor ritel.

“Komisi XI akan mendorong sinergi antara pemerintah (Kemenkeu), OJK, dan BEI untuk memperkuat insentif fiskal bagi investor, seperti relaksasi pajak transaksi saham atau percepatan kebijakan green economy untuk menarik sustainable investment,” ungkapnya.

“Juga mengoptimalkan pengawasan terhadap volatilitas pasar dan proteksi investor ritel,” imbuhnya.

Selain itu, langkah strategis dalam memastikan kejelasan komunikasi kebijakan atau policy clarity juga menjadi perhatian. Termasuk, memantau langkah-langkah safe haven yang dilakukan oleh BI dan OJK, seperti intervensi valas atau upaya stabilisasi Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Negara (SBN).

“Langkah tersebut merupakan salah satu upaya menjaga agar pasar tetap likuid dan stabil, sekaligus mencegah dampak yang lebih luas terhadap fundamental ekonomi nasional,” paparnya.

Kendati demikian, Fauzi berpandangan tren penurunan IHSG yang mencerminkan fluktuasi pasar modal merupakan hal wajar dalam dinamika ekonomi. Meskipun faktor penyebab ditengarai bersumber dari eksternal dan domestik.

“Penurunan IHSG menurut saya merupakan kombinasi antara faktor eksternal dan domestik. Dari sisi eksternal, ketidakpastian global seperti kebijakan suku bunga The Fed dan kondisi geopolitik turut berpengaruh besar,” ujar dia.

“Sementara dari sisi domestik, pelaku pasar juga menunggu kepastian arah kebijakan ekonomi pascapemilu, termasuk komitmen pemerintah terhadap keberlanjutan fiskal dan reformasi struktural,” lanjutnya.

Untuk itu, potret penurunan IHSG berpeluang mengganggu kepercayaan investor lokal dan asing terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Maka, diperlukan langkah strategis dalam menjaga stabilitas keuangan nasional.

“Ini bisa berdampak pada capital outflow, pelemahan nilai tukar, dan tekanan terhadap sektor-sektor riil yang terkait erat dengan pasar modal. Kita harus pastikan bahwa pasar tetap likuid, transparan, dan didukung oleh kebijakan makro yang kredibel,” pungkasnya.

(Safa/*)

Add Comment