Dukung Keberlanjutan Produksi Energi untuk Penuhi Kebutuhan Nasional
Getting your Trinity Audio player ready...
|
KRAKSAAN (17 April): Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, mendukung keberlanjutan produksi energi, terutama di wilayah Jawa Timur yang memiliki potensi migas sangat besar. Dia menekankan pentingnya sektor migas untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dan swasembada energi.
Wilayah Jawa Timur berkontribusi lebih dari 60% terhadap produksi migas nasional, dengan Blok Cepu di Banyu Urip, Bojonegoro yang memroduksi 160-230 ribu barrel per hari. Gas dari Jambaran Tiung Biru juga berpotensi besar untuk memenuhi kebutuhan energi di Pulau Jawa.
“Produksi migas di Jawa Timur sangat besar. Lifting kita hanya 587 ribu barrel per hari, padahal konsumsi nasional sudah mencapai 1,5 juta barrel per hari,” ungkap Sugeng seusai memimpin Kunjungan Kerja Reses Komisi XII DPR bersama SKK Migas dan Para Kontraktor Kontrak Kerja Sama Migas (K3S) di Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (14/4/2025).
Sugeng mengungkapkan bahwa setiap hari Indonesia mengimpor sekitar 1 juta barrel BBM, baik dalam bentuk minyak mentah maupun produk BBM. Meskipun Indonesia tengah menjalankan transisi energi menuju kendaraan listrik untuk mengurangi konsumsi BBM, sektor migas tetap memiliki peran vital. Salah satu tujuan utama adalah meningkatkan produksi migas untuk kebutuhan industri, terutama di sektor petrokimia yang membutuhkan bahan baku migas.
“Meskipun kita terus berupaya mengurangi konsumsi BBM, produksi migas akan kita tingkatkan untuk kepentingan stok di industri petrokimia. Minyak dan gas nantinya tidak lagi diorientasikan untuk bahan bakar kendaraan, tetapi untuk bahan baku industri,” ujarnya.
Untuk itu, legislator Fraksi Partai NasDem itu menegaskan bahwa dengan revisi Undang-Undang Migas, diharapkan dapat mengatasi berbagai kendala, baik teknis maupun nonteknis. Juga memastikan produksi migas dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sambil menjaga keberlanjutan sektor energi yang ramah lingkungan.
“Kita juga harus memastikan produksi migas dilakukan dengan seminimum mungkin emisi karbon, menggunakan teknologi seperti carbon capture and storage (CCS),” urai Sugeng.
(dpr.go.id/*)