Peran Ibu dalam Mencetak Generasi Unggul Menurut Pandangan Islam
Getting your Trinity Audio player ready...
|
Oleh: Dr Ayu Alwiyah Aljufri
Anggota Dewan Pertimbangan DPP Partai NasDem
PEREMPUAN memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam Islam. Salah satu peran terbesarnya adalah sebagai pendidik utama dalam keluarga.
Rasulullah SAW bersabda, “Ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menegaskan betapa pentingnya sosok ibu dalam kehidupan dan pendidikan seorang anak.
Dari rahim dan tangan-tangan lembut seorang ibu, lahir para ulama, pemimpin, dan insan-insan yang berakhlak mulia.
Ibu sebagai Madrasah Pertama
Imam Syafi’i pernah berkata, “Siapa yang ingin melihat masa depan bangsa, lihatlah ibu-ibu yang mendidik anak-anaknya hari ini.”
Sejak anak-anak masih dalam kandungan, seorang ibu telah memainkan perannya melalui lantunan doanya, bacaan Al-Qur’an, dan ketenangan hati yang selalu ia pancarkan.
Setelah anaknya lahir, ibu pun menjadi madrasah atau sekolah pertama, tempat anak mengenal nilai-nilai tauhid, kasih sayang, kedisiplinan, dan akhlak mulia/adab.
Firman Allah SWT dalam QS. Luqman: 14, “Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah…”
Ayat ini menunjukkan bagaimana pengorbanan luar biasa seorang ibu dalam membesarkan anak, yang menjadikan ibu sangat mulia dan memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan anak.
Sebagai Pendidik Generasi Rabbani
Islam tidak memandang remeh posisi perempuan dalam membentuk peradaban. Justru, perempuan diberi kehormatan dan tanggung jawab untuk mendidik generasi rabbani.
Generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga kokoh imannya dan mulia akhlaknya. Seorang ibu bukan sekadar pengasuh, melainkan berperan sebagai pembimbing rohani dan pembentuk karakter anak-anaknya.
Teladan dari Para Perempuan Mulia
Kita belajar dari Siti Maryam, ibu Nabi Isa AS, yang menjaga kesucian dan ketakwaannya. Kita juga mengenal Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah SAW, sosok perempuan tangguh, cerdas, dan penyokong dakwah.
Tentu kita tidak melupakan Asma’ binti Abu Bakar yang turut andil dalam perjuangan hijrah dan pendidikan anak-anaknya menjadi pahlawan Islam.
Di antara sosok perempuan mulia yang patut menjadi anutan sepanjang zaman adalah Sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW.
Beliau bukan hanya anak dari manusia terbaik, melainkan juga istri dari Ali bin Abi Thalib, dan ibu dari Hasan dan Husain—dua cucu kesayangan Nabi Muhammad yang dijuluki pemimpin pemuda surga.
Dari perannya sebagai ibu, Fatimah Az-Zahra menunjukkan bahwa membentuk karakter anak-anak yang unggul adalah bagian penting dalam membangun umat yang kuat.
Fatimah Az-Zahra memberi kita pelajaran abadi bahwa membina keluarga adalah membangun bangsa. Mendidik anak-anak dengan cinta, akhlak, dan iman adalah pondasi untuk menciptakan peradaban yang beradab.
Dalam diri setiap perempuan, terutama ibu, tersimpan kekuatan dahsyat untuk melahirkan dan membentuk generasi penerus yang akan membawa cahaya bagi umat.
Pepatah bijak menyatakan, “Di balik setiap pria hebat, ada perempuan hebat yang membentuknya sejak dini.”
Dalam Islam, perempuan itu adalah Fatimah Az-Zahra, sang permata Rasulullah SAW.
Untuk mencetak generasi unggul atau membangun peradaban dimulai dari rumah. Di dalam rumah, ibu adalah pemimpin hati dan akal anak-anaknya. Oleh karena itu, perempuan terutama para ibu, harus terus meningkatkan ilmu, iman, dan kepekaan sosialnya. Sebab, dari tangan merekalah lahir generasi yang akan menentukan masa depan umat.
Sebagaimana ungkapan Arab, “Al-ummu madrasatun idzā a‘adtadtahā, a‘adtadta sha‘ban ṭayyibal a‘rāqi.” (Ibu adalah madrasah, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan suatu bangsa yang harum akarnya).
Islam mengakui bahwa ibu adalah tokoh sentral dalam pendidikan anak, mulai dari kandungan hingga dewasa. Peran ini bukan hanya biologis, tapi juga spiritual, emosional, dan intelektual.
Ibu yang shalehah dan berilmu akan menjadi madrasah kehidupan bagi anak-anaknya, mencetak generasi yang kuat dalam iman dan akhlak.
Yakinlah! Seorang perempuan yang terdidik akan menjadi pilar bangsa yang Kuat.
Pesan penutup buat para perempuan. Wahai para perempuan, khususnya para ibu dan calon ibu, jangan pernah meremehkan peranmu dalam dunia pendidikan. Engkaulah madrasah pertama yang akan membentuk karakter umat.
Ingatlah! Setiap ilmu yang kau ajarkan kepada anak-anakmu adalah amal jariyah. Setiap nilai kebaikan yang tertanam karena tanganmu adalah investasi akhirat. Setiap perempuan yang terdidik dan sadar akan perannya adalah pondasi peradaban masa depan.
Rasulullah bersabda, “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup di zaman yang berbeda dari kalian.” (HR. Bukhari)
Maka, jangan pernah berhenti belajar, jangan pernah berhenti menginspirasi. Karena ketika perempuan bangkit dalam pendidikan, maka seluruh bangsa akan ikut terangkat.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Jadilah perempuan yang mendidik dengan hati dan memberi arti.
(WH/GN)