Saat Dunia Membingungkan, Sandarkan pada-Nya
Getting your Trinity Audio player ready...
|
Opini Oleh Dr. Ayu Alwiyah Aljufri
(Anggota Dewan Pertimbangan Partai NasDem)
DI tengah kehidupan modern yang serba cepat, kita dituntut untuk selalu tanggap, sigap, dan sukses dalam waktu singkat. Namun, kecepatan dunia tak selalu sejalan dengan kesiapan jiwa.
Banyak orang merasa tertinggal, bingung, bahkan kehilangan makna. Dalam kekosongan itulah, kecemasan (anxiety), stres berkepanjangan, hingga burnout tumbuh tanpa disadari oleh yang mengalaminya.
Psikologi modern menjelaskan bahwa manusia membutuhkan tiga hal utama dalam hidup, yaitu rasa aman (safety), kepastian (certainty), dan kendali (control).
Namun kenyataannya, dunia justru sering menyuguhkan yang sebaliknya, yaitu ketidakpastian, perubahan yang mendadak, dan kondisi yang sulit dikendalikan. Akibatnya, banyak jiwa merasa goyah dan kehilangan pijakan.
Islam Menyentuh Akar Jiwa: Mengelola Cemas dengan Tawakal
Islam tidak menafikan kegelisahan. Justru, ajaran Islam begitu manusiawi dan menyentuh akar terdalam dari keresahan jiwa.
Dalam Al-Qur’an dan Hadits, kita diajak untuk menghadapi rasa takut dan cemas, bukan dengan menolaknya, tetapi dengan mengakuinya, lalu menyerahkannya kepada Allah dengan lapang hati.
Dalam perspektif psikologi Islam, tawakal bukan hanya sikap spiritual, tapi juga strategi mental yang menenangkan. Tawakal membantu kita mengatur ekspektasi, menerima ketidakpastian, dan mengubah kecemasan menjadi keikhlasan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali, “Tawakal adalah menyerahkan hati kepada Allah setelah melakukan sebab-sebab yang diperintahkan.”
Ini selaras dengan prinsip psikologi kognitif yang menyarankan agar kita fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan, lalu melepaskan yang di luar jangkauan dengan lapang dada.
Allah berfirman: “Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupkannya.” (QS. At-Talaq: 3)
Karena Ada Pegangan
Para psikolog Muslim seperti Dr. Malik Badri dan Dr. Aisha Utz menegaskan bahwa iman dan ibadah memiliki efek protektif terhadap gangguan jiwa. Dzikir, shalat, dan doa bukan sekadar ibadah ritual. Ia adalah terapi jiwa, penyejuk hati, dan sumber kekuatan yang tak tergoyahkan.
Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ketenangan sejati tidak muncul karena dunia menjadi lebih mudah, tapi karena hati kita memiliki tempat untuk bersandar: Allah. Dalam kondisi bingung dan tak menentu, ketika logika tak lagi cukup, iman menjadi pelita yang menerangi langkah-langkah kita.
Jangan Takut Bingung
Jika hari ini hidupmu dipenuhi ketidakpastian, jangan panik. Kebingungan adalah bagian dari perjalanan manusia. Tapi kamu tak harus menjalaninya sendiri. Ada Allah yang selalu bersamamu.
Lakukan ikhtiar sebaik mungkin, lalu sandarkan hatimu kepada-Nya. Pasalnya, Allah tidak pernah mengecewakan hamba yang berserah dan berharap.
Allah berfirman: “Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni seluruh dosa. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53)
Jalan Keluar atau Jalan Kembali?
Dalam hidup ini, kita sering sibuk mencari jalan keluar dari masalah, mengharapkan solusi instan, perubahan situasi, atau keajaiban duniawi.
Padahal, yang paling kita butuhkan bukan selalu itu. Yang kita butuhkan adalah jalan kembali. Kembali kepada Allah. Kembali kepada sumber segala ketenangan dan makna.
Karena bisa jadi kita sudah mendapatkan: posisi yang baik, harta yang cukup, dan hubungan yang stabil. Namun, tetap saja merasa hampa.
Makna Spiritual di Balik Keresahan
Kebanyakan orang merasa cemas atau depresi bukan semata karena beratnya masalah, tapi karena jiwa merasa sendiri dan kehilangan arah. Padahal, fitrah manusia adalah mencari makna dan tujuan yang lebih tinggi daripada sekadar dunia. Itulah transendensi: kebutuhan jiwa untuk terhubung dengan Sang Pencipta.
Menyelesaikan satu masalah memang bisa membawa kelegaan sementara. Namun, hanya dengan kembali kepada Allah, hati benar-benar menemukan ketenangan yang utuh dan abadi.
Dalam dzikir dan tawakal, jiwa merasa cukup. Dalam sujud dan doa, hati merasa ditemani. Dalam yakin kepada-Nya, langkah terasa lebih ringan.
Temukan Arah Pulang
Seringkali kita terlalu sibuk mencari jalan keluar, padahal yang paling kita butuhkan adalah menemukan kembali arah pulang, yakni kembali kepada Allah. Sebab di sanalah hati kita menemukan tempat berlabuh, ketenangan yang hakiki, dan cinta yang tak pernah meninggalkan.
Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Semoga tulisan ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia yang serba tak pasti, ada satu hal yang pasti: Allah selalu bersama kita. Ketika dunia membingungkan, sandarkan hatimu kepada-Nya.
(WH/GN)