Pembangunan Pariwisata Bali Harus Partisipatif dan Berbasis Potensi Lokal
Getting your Trinity Audio player ready...
|
DENPASAR (4 Juli): Anggota Komisi VII DPR RI, Erna Sari Dewi, menegaskan bahwa Bali bukan sekadar destinasi wisata, melainkan sebagai representasi pembangunan ekonomi berbasis budaya lokal.
Pembangunan Bali harus dilihat secara menyeluruh, terutama dengan menyoroti potensi besar yang dimiliki sektor UMKM yang berakar kuat di masyarakat lokal.
“Kalau kita bicara Bali, kita tidak hanya bicara soal destinasi wisata. Kita bicara tentang ekonomi yang berbasis budaya lokal. Ini penting untuk dibangun secara berkelanjutan,” tegas Erna dalam pertemuan Komisi VII DPR dengan Gubernur Bali, I Wayan Koster, di Denpasar, Bali, Rabu (2/7/2025).
Erna mengungkapkan bahwa saat ini terdapat sekitar 448.000 pelaku UMKM di Bali, dan hampir 50% di antaranya terlibat langsung dalam ekosistem pariwisata. Keberadaan UMKM ini terbukti mampu bertahan saat pandemi covid-19, dan sudah semestinya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.
“UMKM terbukti mampu bertahan saat pandemi, lalu mengapa tidak kita tingkatkan perannya? Terutama dalam memberdayakan masyarakat lokal. Tapi faktanya, banyak pelaku UMKM yang masih kesulitan dalam akses permodalan, keterampilan, dan sertifikasi,” jelasnya.
Erna menyoroti bahwa perhatian terhadap pelaku lokal belum dilakukan secara masif dan menyeluruh. Padahal, peningkatan kapasitas UMKM akan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi Bali secara inklusif dan berkelanjutan.
Di sisi yang lain, legislator NasDem itu juga menyoroti sebaran pembangunan pariwisata yang saat ini masih terkonsentrasi di wilayah tertentu seperti Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita) Buleleng, dan Nusa Dua. Diharapkan pengembangan wilayah pariwisata di Bali tidak hanya fokus pada kawasan sentral saja.
“Kita mendengar dari paparan Gubernur, pariwisata saat ini masih terkonsentrasi di wilayah tertentu seperti Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita). Tapi Bali tidak hanya Sarbagita. Seluruh kawasan Bali punya potensi besar yang harus dikembangkan,” ujarnya.
Ia mendorong agar wilayah utara dan timur Bali, seperti Buleleng, Karangasem, dan Jembrana, juga mendapat perhatian serius dalam perencanaan pengembangan destinasi wisata dan infrastruktur pendukung.
“Wilayah utara dan daerah lain juga harus dikembangkan agar pertumbuhan bisa merata. Jangan sampai ada ketimpangan antarwilayah karena fokus pembangunan hanya pada kawasan tertentu saja,” tambahnya.
Erna menilai, dengan posisi Bali yang sangat strategis secara geografis serta kekayaan budaya di setiap sudutnya, seluruh kabupaten/kota di Bali seharusnya memiliki peluang yang sama untuk berkembang menjadi destinasi unggulan.
Erna juga menegaskan pentingnya pendekatan pembangunan yang berbasis potensi lokal dan partisipatif, agar masyarakat di seluruh Bali merasakan langsung manfaat dari kemajuan sektor pariwisata.
“Pembangunan pariwisata Bali ke depan harus lebih adil dan inklusif. Masyarakat di seluruh daerah harus ikut menikmati hasilnya, bukan hanya jadi penonton,” pungkasnya. (dpr.go.id/*)