Kerja Sama Pertamina-Rosneft Penting dalam Membangun Industri Petrokimia Nasional

Getting your Trinity Audio player ready...

SURABAYA (14 Juli): Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, menyatakan kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia beberapa waktu lalu menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia berkomitmen melanjutkan pembangunan Grass Root Refinery and Petrochemical (GRRP) Tuban, Jawa Timur.

Proyek kerja sama antara PT Pertamina dan perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft, itu diyakini sangat strategis karena tidak hanya memproduksi bahan bakar minyak, tetapi juga membangun industri petrokimia nasional yang dikelola negara, bukan swasta.

“GRR Tuban sangat penting bagi Indonesia. Ini bukan sekadar membangun kilang minyak, tapi sekaligus membentuk petrochemical industry complex milik bangsa sendiri,” ujar Sugeng dalam Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XII DPR di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (11/7/2025).

Hadir dalam pertemuan tersebut jajaran Direksi PT Pertamina (Persero), PT Kilang Pertamina Internasional, serta PT Pertamina Rosneft Pengolahan, dan Petrokimia Jawa Timur.

Sugeng menjelaskan, proyek GRR Tuban yang telah masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak 2017, sempat terkendala akibat dinamika geopolitik global, terutama sejak pecahnya perang antara Rusia dan Ukraina. Situasi tersebut berdampak pada lalu lintas pembiayaan karena Rusia terkena embargo, padahal nilai investasi proyek itu mencapai sekitar US$20 miliar.

Meski begitu, Sugeng menegaskan bahwa Rosneft tidak pernah menarik diri dari proyek tersebut. Bahkan, menurutnya, komitmen kerja sama antara kedua negara semakin diperkuat pascakunjungan Presiden Prabowo dan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Proyek ini tidak hanya akan memproduksi BBM hingga 300 ribu barel per hari, tetapi juga menghasilkan produk petrokimia hingga 4,5 juta ton per tahun. Ini penting karena saat ini kita masih impor 64 persen kebutuhan petrokimia nasional,” terang legislator Fraksi Partai NasDem itu.

Sugeng menambahkan, Indonesia saat ini mengeluarkan lebih dari US$9 miliar setiap tahun hanya untuk impor bahan baku petrokimia, seperti plastik, PVC, dan serat sintetis. Oleh karena itu, kehadiran kilang GRR Tuban akan mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperkuat struktur industri nasional.

Lebih jauh, Sugeng menegaskan bahwa seluruh kilang di Indonesia ke depan harus bertransformasi menjadi refinery-petrochemical industry complex, bukan lagi sekadar pengolah minyak mentah menjadi BBM.

“Kalau hanya kilang BBM, marginnya kecil dan cenderung merugi. Dunia sudah beralih ke model kilang terintegrasi dengan industri petrokimia. Dan GRR Tuban sejak awal sudah dirancang dengan konsep itu,” tegasnya.

Sugeng menilai langkah Presiden Prabowo dalam mendorong penyelesaian hambatan geopolitik menjadi krusial agar proyek itu dapat kembali berjalan dan dituntaskan sesuai rencana strategis nasional.

(dpr.go.id/*)

Add Comment