Rahasia Menjadi Lansia Bahagia dan Sehat Menurut Nabi Muhammad

Getting your Trinity Audio player ready...

Oleh: Habib Mohsen Hasan Alhinduan

(Anggota Dewan Pakar DPP NasDem)

MENJADI tua adalah kepastian. Namun, menjadi tua dengan bahagia dan sehat lahir batin adalah pilihan.

Dalam ajaran Nabi Muhammad SAW, kita menemukan berbagai petunjuk yang tak hanya spiritual, tapi juga sangat relevan dengan pendekatan ilmiah modern, khususnya dari sudut pandang psikologi.

Di usia senja, banyak orang mulai merasa kehilangan tenaga, pasangan hidup, status sosial, bahkan kadang arah hidup.

Tapi, apakah semua itu berarti kebahagiaan harus turut pergi? Tentu tidak. Rasulullah memberikan contoh dan nasihat yang justru bisa menjadi kunci untuk menikmati usia lanjut dengan damai, bugar, dan bermakna.

1. Perkuat Silaturahmi, Panjang Umur Secara Ilmiah

Nabi bersabda, “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Penelitian psikologi membuktikan: lansia yang memiliki jaringan sosial yang baik cenderung hidup lebih lama dan lebih bahagia. Silaturahmi bukan sekadar adat, tapi kebutuhan psikologis. Menjadi lansia bukan berarti harus sendiri.

2. Syukur: Obat Murah untuk Jiwa

Nabi mengajarkan agar kita selalu melihat kepada yang lebih rendah dalam urusan dunia, supaya tidak meremehkan nikmat yang ada.

Dalam psikologi positif, rasa syukur terbukti dapat menurunkan stres, memperbaiki suasana hati, dan memperkuat sistem imun. Bagi lansia, syukur adalah vitamin jiwa.

3. Jalan Kaki dan Pola Makan Sehat ala Rasul

Rasulullah dikenal aktif berjalan, makan secukupnya, dan tidak pernah berlebihan.

Gaya hidup ini sejalan dengan anjuran medis masa kini: aktivitas fisik ringan dan pola makan moderat terbukti dapat mencegah penyakit degeneratif, menjaga memori, dan memperpanjang usia sehat.

4. Dzikir dan Ibadah: Ketenangan Jiwa yang Autentik

Dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28 disebutkan: “Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”

Psikologi modern menyebut praktik spiritual seperti dzikir dan doa memiliki efek serupa dengan meditasi: mengurangi kecemasan, meningkatkan ketenangan, dan memperkuat resiliensi mental. Inilah fondasi kebahagiaan lansia yang sering terlupakan.

5. Menolong Orang Lain, Menolong Diri Sendiri

“Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Ahmad)

Lansia yang tetap aktif dalam kegiatan sosial atau amal akan merasa lebih berharga dan dibutuhkan. Ini penting untuk menghindari rasa hampa yang kerap datang di usia senja.

6. Sabar dan Lapang Dada: Detoks Hati Paling Ampuh

Rasulullah pernah ditanya, “Berilah aku nasihat,” lalu beliau bersabda, “Jangan marah.” (HR. Bukhari)

Lansia yang pendendam atau menyimpan kemarahan cenderung lebih cepat sakit secara fisik dan mental. Sabar bukan sekadar sifat mulia, tapi juga terapi jiwa.

7. Mempersiapkan Kematian, Menjemput Ketenangan

Nabi bersabda, “Orang cerdas adalah yang menghisab dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR. Tirmidzi)

Dalam psikologi eksistensial, kesiapan menghadapi kematian disebut sebagai salah satu indikator kesehatan mental yang tinggi. Bukan takut mati, tapi damai menjalaninya. Lansia yang siap, justru lebih tenang dan tidak gampang panik.

 

Menjadi Tua yang Mulia

Menjadi lansia bukan akhir dari peran, tapi babak baru untuk menuai kedamaian. Ajaran Nabi Muhammad SAW terbukti tidak hanya menenteramkan jiwa, tapi juga menopang kesehatan.

Semua kunci itu ada dalam silaturahmi, syukur, sabar, ibadah, gaya hidup seimbang, dan tetap bermanfaat bagi sesama.

Usia boleh menua, tapi hati bisa tetap muda jika kita hidup sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.

(WH/GN)

Add Comment