Rumah Restorasi NasDem Riau Sajikan Panggung Budaya Nusantara, Tampilkan Wajah Indonesia Mini
Getting your Trinity Audio player ready...
|
PEKANBARU (28 Juli): Keberagaman bukan sekadar slogan di Rumah Restorasi NasDem Riau. Melalui panggung budaya yang rutin digelar, kantor NasDem Riau di Pekanbaru baru-baru ini menjelma menjadi panggung Indonesia mini, tempat berbagai suku dan budaya menyatu dalam semangat persaudaraan.
Syair Melayu hingga tarian Cakalele dari Maluku mengawali pertunjukan yang berlangsung hangat. Dua remaja tampil membacakan puisi berjudul Aku dan Rumah Tenun serta Segantang Lada berhasil memikat perhatian para pengunjung. Dari Bali, turut ditampilkan berbagai pertunjukan seperti tari topeng, tari kreasi, dan gamelan gong. Tak ketinggalan, tarian khas Papua, Sajojo, ikut menyemarakkan suasana.
Panggung seni dan budaya ini merupakan agenda rutin yang telah digelar untuk keempat kalinya secara berturut-turut setiap pekan oleh DPW NasDem Riau.
Selain sebagai upaya melestarikan adat dan budaya, kegiatan ini juga menjadi ruang mempererat persatuan di tengah keberagaman. Para pengunjung dari berbagai latar budaya pun berbaur tanpa sekat dalam semangat restorasi.
Tak hanya suguhan seni dan budaya, panggung restorasi juga menghadirkan dialog kebudayaan. Salah satu tokoh masyarakat Bali di Riau, I Nengah Tantra, turut hadir dan berbagi pandangannya. Ia menyampaikan bahwa Bali, seperti halnya Riau, juga merupakan tanah yang dihuni oleh berbagai suku, budaya, dan agama.
Sudah 40 tahun tinggal di Riau, I Nengah mengakui bahwa provinsi ini tidak hanya kaya akan alam, tetapi juga memiliki masyarakat yang baik dan ramah.
“Kami merasa sudah menjadi bagian orang Melayu. Karena kami merasa hidup seperti di rumah sendiri. Kami tahu, masyarakat Melayu terbuka dengan siapa saja,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa sambutan tangan terbuka dari masyarakat Melayu terhadap komunitas Bali menjadi bukti bahwa Riau adalah daerah yang cinta damai. Hal ini membuat warga Bali yang tinggal di Riau tak sungkan untuk berbaur dengan masyarakat lokal.
Sementara itu, Marhalim Zaini, akademisi dan budayawan Riau, menegaskan bahwa kebudayaan Melayu merupakan budaya yang terbuka. Menurutnya, semua orang bisa tinggal di Riau dengan tenang dan diterima dengan tangan terbuka.
Marhalim menambahkan, bahwa di Pekanbaru saat ini, semua masyarakat dengan latar belakang dan identitas berbeda mampu hidup bersama dengan damai. Hal ini mencerminkan proses asimilasi dan toleransi yang telah tumbuh kuat dalam budaya lokal.
Panggung budaya di Rumah Restorasi NasDem Riau tak sekadar pertunjukan, namun juga cerminan Indonesia mini sebuah ruang persaudaraan dan perjumpaan dalam keberagaman.
(WH/GN)