Gobel Minta Pemerintah tidak hanya Fokus Perhatikan Investor Baru
Getting your Trinity Audio player ready...
|
JAKARTA (7 Agustus): Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Rachmat Gobel, meminta pemerintah tidak hanya memfokuskan perhatian pada investor baru, tapi juga memperhatikan investor yang sudah lama beroperasi dan memberikan kontribusi untuk Indonesia.
“Sekarang ini terasa karena dia investor baru masuk, kayaknya karpet merahnya udah lebih kaya emas. Padahal, banyak investor di Indonesia, otomotif, elektronik, yang sudah lama memberikan kontribusi, menurut saya agak kurang diperhatikan,” ungkap Gobel dalam forum Indonesia–Japan Executive Dialogue 2025 – A Private Leadership Forum on Outlook, Innovation & Collaboration, di Jakarta, Rabu (7/8/2025).
Gobel yang juga President of the Indonesia-Japan Friendship Association (PPIJ) mengatakan, daya tarik investasi tidak hanya sebatas insentif atau karpet merah bagi pendatang baru, tetapi juga harus dilandaskan pada keadilan terhadap pelaku usaha yang sudah sejak lama membangun perekonomian Tanah Air.
“Untuk menarik investasi supaya masuk, tentu pasarnya harus dijaga. Jangan semua barang masuk, yang gak jelas kualitasnya pun juga masuk,” ujar Gobel.
Pasar Indonesia yang besar justru harus dikontrol lebih ketat agar menjadi daya tarik yang kredibel bagi investor jangka panjang. Gobel menyinggung perlakuan yang cenderung lebih memihak kepada investor baru, tanpa mempertimbangkan kontribusi besar dari investor lama yang telah berkomitmen dalam waktu panjang.
Ia mencontohkan perlakuan berbeda antara Indonesia dan Malaysia terhadap investor lama dalam industri elektronik. Gobel mengisahkan bahwa pemerintah Malaysia dengan tegas hanya menerima investasi teknologi mutakhir, sementara Indonesia cenderung menerima segala jenis investasi tanpa pertimbangan jangka panjang.
“Saya berharap agar pemerintah Indonesia mulai menyeleksi berdasarkan nilai tambah dan masa depan investasi, bukan hanya nilai nominal masuknya modal,” ujarnya Ketua Indonesia-Japan Parliamentary League itu.
Lebih jauh, Gobel mengapresiasi pendekatan investasi Jepang yang tidak semata-mata membawa modal, tetapi juga menanamkan nilai dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ia menyinggung filosofi Jepang, yakni monozukuri dan hitozukuri sebagai model investasi berkualitas tinggi yang seharusnya dijadikan contoh.
“Investasi Jepang bukan hanya duit yang masuk, tetapi ada istilah monozukuri, membuat barang, dan hitozukuri, membangun manusianya. Jadi Jepang itu sebelum membuat produk berkualitas, dia membuat orang berkualitas,” kata Gobel.
Ia menekankan bahwa investasi Jepang tidak hanya memperkerjakan manusia, tetapi juga memanusiakan manusia. Terbukti dengan keberadaan training center yang hampir selalu menyertai kehadiran investor Jepang di Indonesia. Hal tersebut, menurutnya, patut menjadi perhatian pemerintah dalam menyeleksi investasi yang layak difasilitasi. (Yudis/*)