Legislator NasDem Dukung Teknologi Panen Hujan untuk Persediaan Air Bersih Masyarakat
SLEMAN (26 September): Anggota Komisi V DPR RI, Syarief Abdullah Alkadrie, mengapresiasi instalasi panen air hujan yang dipamerkan di Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Transmigrasi (BBPPMT) Yogyakarta.
Instalasi tersebut dinilai mampu menyediakan air bersih layak konsumsi dan kini menjadi salah satu bahan ajar di balai tersebut.
“Saya kira itu bagus dikembangkan. Transmigrasi kan tidak hanya infrastruktur jalan, tetapi juga ketersediaan air bersih,” ujar Syarief seusai Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V ke BBPPMT, Sleman, DIY, Kamis (25/9/2025).
Syarief mengatakan, salah satu masalah utama saat membuka kawasan baru adalah ketersediaan air bersih. Menurutnya, di banyak lokasi sumur justru cepat tercemar sehingga tidak dapat diandalkan.
“Biasanya di kawasan itu pasti akan kekurangan terhadap tersedianya air bersih. Bahkan kadang-kadang kalau kita buat sumur itu dalam waktu satu jam saja sudah zat bersihnya tinggi. Sehingga juga akan mempengaruhi terhadap kebersihan daripada air,” kata Syarief.
Dengan latar itu, kata Syarief, panen air hujan menjadi solusi yang relevan, terutama di daerah bercurah hujan tinggi seperti Kalimantan. Ia menilai teknologi penampungan air hujan tidak harus mahal dan dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga hingga kegiatan produksi kecil.
“Air hujan itu sehat tinggal dikelola secara baik. Yang kedua kita bisa mendapatkan secara cuma-cuma,” ujarnya.
Di BBPPMT Yogyakarta, rombongan Komisi V menyaksikan proses instalasi hingga tahapan pengolahan yang menjadikan air hujan layak konsumsi, sebuah modul pelatihan yang disiapkan untuk calon transmigran. Materi ini, kata Syarief, penting karena memberi keterampilan praktis yang langsung bisa diterapkan di lapangan.
Meski mengapresiasi teknologi, Syarief menegaskan bahwa keberhasilan inovasi seperti panen air hujan bergantung pada penataan kawasan transmigrasi yang baik.
“Penataan kawasan transmigrasi harus dilakukan secara terpadu. Sehingga kawasan transmigrasi itu betul-betul bisa diselesaikan secara baik. Implikasinya, transmigrasi selain memberi manfaat bagi masyarakat transmigrasinya juga akan membawa dampak positif terhadap lingkungan sekitar,” katanya.
Ia mengingatkan pengalaman masa lalu ketika pemindahan penduduk tidak diikuti penataan yang matang sehingga banyak lahan yang terbengkalai dan program tidak berlanjut.
Untuk itu, integrasi antara infrastruktur dasar, teknologi tepat guna, serta perencanaan distribusi air dan layanan publik menjadi krusial agar inovasi berkelanjutan.
Syarief menekankan, Komisi V DPR akan terus mendorong agar balai-balai pelatihan memasukkan teknologi sederhana seperti panen air hujan ke dalam kurikulum sehingga calon transmigran memiliki modal praktis saat ditempatkan.
“Dengan penataan kawasan yang baik, kami optimistis inovasi ini bisa membantu mewujudkan transmigrasi yang produktif dan ramah lingkungan,” tandasnya. (dpr.go.id/)