Bangun Kesadaran Melayu dan Spritualitas Islam di Kalangan Generasi Muda
JAKARTA (24 Oktober): Anggota DPR RI asal Sumatra Barat, M Shadiq Pasadigoe, menekankan pentingnya membangun kesadaran identitas budaya melayu dan spiritualitas Islam dalam diri generasi muda.
“Di tengah derasnya arus globalisasi dan disrupsi digital, generasi muda kita membutuhkan jangkar nilai. Melayu dan Islam adalah akar peradaban kita yang harus dipelajari, dicintai, dan diperkuat,” kata Shadiq saat menghadiri Konvensyen Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) ke-23, di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Kegiatan tersebut diadakan oleh The Malay Islamic World Secretariat dengan tema besar ‘Uniting the Malay World: Advancing Culture, Economy, and Civilizational Value’. Konvensyen disertai dengan pengukuhan Pemuda Masjid Dunia, simbol komitmen generasi muda Islam untuk memperkuat peran sosial-keagamaan di tingkat global.
Acara tersebut turut dihadiri oleh Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin, dan Ketua DPD RI Sultan Najamuddin, serta berbagai tokoh dunia Melayu dan Islam dari Asia Tenggara dan negara-negara Islam.
Shadiq menekankan bahwa acara tersebut merupakan momentum untuk menguatkan identitas Melayu dan Islam untuk generasi muda. Sebagai tokoh pemuda Islam yang telah lama aktif di dunia kepemudaan internasional, Shadiq menilai DMDI memberikan ruang bagi kolaborasi lintas negara, terutama dalam bidang budaya, ekonomi kreatif, dan dakwah sosial berbasis digital.
“Generasi muda Melayu dan Islam harus menjadi pelaku utama, bukan hanya penonton. Mereka perlu membawa semangat Islam yang rahmatan lil ‘alamin dalam ruang publik, termasuk dunia digital dan media sosial,” tegasnya.
Dalam ulasannya, Shadiq juga menekankan bahwa Sumatra Barat, khususnya Pagaruyung, memiliki posisi historis dan kultural yang sangat penting dalam jaringan dunia Melayu.
“Pagaruyung bukan sekadar simbol kerajaan masa lalu, tetapi pusat peradaban yang melahirkan nilai-nilai adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Dari sini lahir identitas Melayu yang berakar kuat pada Islam,” ujarnya.
Ia berharap, melalui DMDI, nilai-nilai luhur yang hidup di Minangkabau dapat diangkat dalam kancah internasional sebagai contoh harmonisasi antara adat, agama, dan kemajuan modern.
“Anak muda Minangkabau harus mengambil peran aktif. Jadikan nilai adat dan agama sebagai dasar inovasi sosial dan ekonomi, bukan sebagai romantisme masa lalu,” tambah Shadiq.
Sebagai anggota Komisi XIII DPR yang membidangi hukum, HAM, dan keamanan, Shadiq juga menyampaikan harapan agar kegiatan seperti DMDI dapat menjadi bagian dari penguatan diplomasi kebudayaan dan moderasi beragama.
“Kita perlu memperkuat narasi Islam yang damai, toleran, dan berperadaban. Pemuda Melayu-Islam harus menjadi agen persatuan, bukan perpecahan. Indonesia adalah contoh hidup bagaimana keberagaman bisa dikelola dengan nilai luhur,” ujarnya.
Shadiq juga mengajak seluruh peserta konvensyen untuk menjadikan kegiatan ini sebagai gerakan moral bersama.
“Sebagai wakil rakyat dari Fraksi NasDem, saya mendukung penuh program yang membangun karakter dan kesadaran budaya bagi generasi muda. Restorasi bangsa harus dimulai dari pembinaan nilai dan penguatan identitas anak muda kita,” tutupnya.
Konvensyen DMDI ke-23 menjadi simbol persaudaraan lintas bangsa dan lintas generasi, yang mempertemukan tokoh-tokoh Melayu-Islam untuk memperkuat kerja sama dalam bidang kebudayaan, ekonomi, dan pendidikan.
Bagi Indonesia, forum ini memperkuat posisi sebagai poros dunia Melayu-Islam sekaligus mempertegas peran generasi muda dalam menjaga warisan budaya dan nilai-nilai peradaban yang luhur. (Yudis/*)