Gobel Bertekad Jadikan Gorontalo Pusat Layanan Kesehatan Indonesia Timur

LIMBOTO (29 Oktober): Anggota DPR RI asal Gorontalo, Rachmat Gobel, ingin Gorontalo menjadi salah satu pusat layanan kesehatan di Sulawesi dan Indonesia Timur.

Ia mendorong penguatan fasilitas, sumberdaya manusia (SDM), dan infrastruktur kesehatan di Serambi Madinah.

“Layanan kesehatan yang baik merupakan bagian dari peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yang akhirnya menopang kemajuan dan kemakmuran,” kata Gobel dalam dialog di RSUD Hasri Ainun Habibie (HAB), Limboto, Kabupaten Gorontalo, Selasa (28/10/2025).

RSUD Hasri Ainun Habibie merupakan rumah sakit milik Provinsi Gorontalo. Dalam kegiatan tersebut hadir Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Dr Anang Otoluwa, Ketua IDI Provinsi Gorontalo Dr Isman Yusuf, dan Direktur RSUD HAB Fito Fitrianto Radjak.

Hadir pula Wakil Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Ridwan Monoarfa, anggota DPRD Provinsi Gorontalo Sun Biki, dan Ketua Fraksi Partai Nasdem DPRD Gorontalo Indri Dunda.

Beberapa waktu sebelumnya, DPRD Provinsi Gorontalo menemui Rachmat Gobel di Jakarta untuk meminta dukungan bagi perbaikan RSUD HAB. Menanggapi aspirasi tersebut, Gobel akan memperjuangkan ke semua relasi dan mitranya di legislatif, eksekutif, dan di sektor swasta.

“Insyaallah untuk hal-hal baik akan mendapat respons baik dari berbagai pihak. Saya akan memperjuangkan dan mengawalnya,” tandas Gobel.

Ia pun meminta Dinkes, DPRD, RSUD, dan IDI untuk membuat peta jalan (roadmap) pengembangan layanan kesehatan secara menyeluruh.

“Bukan hanya untuk RSUD Ainun, tapi juga RSUD-RSUD yang lain di Gorontalo serta dari lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga profesi lainnya, seperti RSUD di Kabupaten Gorontalo, Boalemo, maupun Bone Bolango,” kata Gobel.

Gobel juga akan mengajak mitranya di Jepang untuk ikut membantu kemajuan sektor kesehatan di Gorontalo. Ia akan mengundang pengusaha di Jepang untuk berinvestasi di bidang kesehatan di Gorontalo. Ia memiliki relasi dengan sejumlah profesional kesehatan di Jepang yang memiliki kepedulian terhadap Indonesia.

Lebih lanjut Gobel mengingatkan tentang perlunya sinergi semua pihak di Gorontalo untuk memajukan dan memakmurkan masyarakat Gorontalo.

Ia menyebutkan bahwa kemiskinan dan ketertinggalan Gorontalo harus diselesaikan semua kekuatan politik dan semua elemen masyarakat di Gorontalo.

“Pemilu sudah selesai. Saatnya semua menjadi satu, yaitu semua adalah orang Gorontalo. Nanti berkompetisi lagi pada 2029. Sekarang bagaimana memajukan dan menyejahterakan Gorontalo. Bidang kesehatan adalah hal strategis, selain pendidikan,” katanya.

Gobel menerangkan dirinya telah mencetuskan Visi 2051 untuk mengakselerasi pembangunan di Gorontalo, dengan membangun pendidikan, kesehatan, UMKM, pariwisata, pertanian, dan kelautan, dengan lokomotifnya adalah pembangunan pelabuhan internasional dan kawasan ekonomi khusus pangan di Gorontalo Utara.

“Jadi penyediaan alat dan gedung adalah soal teknis. Tapi yang penting adalah bagaimana konsepnya dan roadmapnya,” kata Gobel.

Direktur RSUD HAB Fito Fitrianto Radjak mengatakan, RSUD HAB diresmikan pada 2013 di atas lahan 6,4 hektare, namun lahan yang digunakan baru 6 ribu meter persegi. Layanan unggulannya adalah hemodialisa, instalasi rawat jalan dengan 15 poliklinik, poliklinik mata, instalasi bedah, maupun untuk pengobatan kanker.

Setiap hari ada 150 – 550 pasien rawat jalan. Adapun jumlah tempat tidur ada 137 set. Jumlah tenaga kesehatan ada 30 dokter umum, 220 tenaga paramedis. Selain itu ada 5 dokter subspesialis dan 29 dokter spesialis.

“Dari segi sumberdaya manusia sudah mumpuni, namun dari segi fasilitas belum mumpuni. Sehingga RSUD ini menjadi satu-satunya RSUD provinsi di Indonesia yang berstatus tipe C,” katanya.

Menurutnya, dari 24 kompetensi yang dipersyaratkan Kementerian Kesehatan, baru 11 kompetensi yang memenuhi untuk naik status. Selain itu, RSUD HAB belum memiliki gedung khusus untuk rawat inap.

Dengan kondisi ini, Ketua IDI Provinsi Gorontalo Dr Isman Yusuf mengatakan, ada tiga anomali yang menimpa RSUD HAB. Pertama, satu-satunya RSUD provinsi yang bertipe C. Kedua, ada tiga syarat untuk naik status, yaiu gedung, alat, dan sumberdaya manusia. RSUD HAB memiliki dokter subspesialis, tapi ruang dan alat belum memenuhi syarat.

Ketiga, secara filosofi RSUD HAB sudah on the track, yaitu Ibu Ainun Habibie yang istri BJ Habibie yang adalah dokter spesialis anak, pelopor donor mata, dan juga memiliki kepedulian pada kesehatan ginjal. “Sudah ada nama besar tapi statusnya masih tipe C,” kata Ketua IDI itu.

Kepala Dinas Kesehatan Anang Otoluwa mengatakan, “Mestinya rumah sakit provinsi itu rumah sakit rujukan, tapi ini kebalik, yang jadi rujukan justru RSUD milik kabupaten dan kota,” tandasnya.(Yudis/*)

Add Comment