Gobel Siapkan Desa Wisata Pisang di Toydito Gorontalo
LIMBOTO (29 Oktober): Setelah mengembangkan Desa Wisata Kacang di Tilihuwa, Limboto, kini anggota DPR RI Rachmat Gobel, menyiapkan Desa Wisata Pisang di Toydito, Pulubala, yang juga berada di Kabutapen Gorontalo.
“Kita harus membangun pertanian dan kekhasan masing-masing desa sesuai dengan potensinya masing-masing. Konsepnya harus terintegrasi dan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat,” kata Gobel, Rabu (29/10/2025).
Gobel meninjau kebun pisang milik warga di Toydito. Setelah itu ia mengadakan dialog dengan warga desa setempat. Dalam kesempatan itu ia didampingi Bupati Kabupaten Gorontalo Sofyan Puhi, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo Roman Nasaru, dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo Darwan Usman.
Hadir pula Prof Iqbal Bahuwa dari Universitas Negeri Gorontalo, yang menjadi pendamping petani dalam pengembangan tanaman pertanian tersebut.
Gorontalo memiliki varietas pisang gapi merah yang hanya ada di Gorontalo. Jika masak, pisang tersebut memiliki kulit warna kuning cerah. Pisang ini memiliki rasa cukup manis dan tekstur yang lembut saat dikunyah.
“Pisang ini sangat khas dan unggul. Jadi memiliki potensi yang bagus dan bisa bersaing dengan pisang-pisang premium lain yang sudah dikenal oleh penggemar pisang di Indonesia dan memiliki potensi untuk diekspor,” kata Gobel.
Lebih lanjut Gobel mengatakan, petani harus memiliki teknik bercocok tanam yang baik agar menghasilkan tanaman yang subur, sehat, dan menghasilkan buah pisang yang premium.
Buah pisang yang baik harus memiliki warna yang menarik, aroma yang mengundang selera, rasa yang digemari konsumen, dan memiliki tekstur yang bisa memanjakan lidah.
“Jadi fokusnya bukan pada harga, tapi pada kemampuan membangun nilai khas dan nilai tambah yang bisa diterima oleh konsumen,” kata Gobel.
Legislator Partai NasDem yang mewakili rakyat Gorontalo itu mengatakan pisang gapi hanya ada di Gorontalo.
“Pisang gapi ini memiliki kedudukan khusus dalam adat Gorontalo. Saat menjamu tamu, pindah rumah, maupun pernikahan selalu menjadikan pisang gapi sebagai bagian dari acara adat tersebut,” katanya.
Namun demikian, salah seorang petani mengeluhkan dua hal kepada Rachmat Gobel. Pertama, daya serap pasar yang terbatas. Kedua, harga jual yang kurang menarik. Akibanya, petani tak cukup memiliki keuntungan dalam bertanam pisang.
Ia menyatakan di tingkat petani untuk satu tandan pisang dibeli dengan harga Rp3 ribu hingga Rp6 ribu. Padahal di pasar bisa dijual Rp25 ribu per tandan. Menanggapi hal itu, Gobel mengatakan tentang pentingnya narasi agar konsumen memiliki ketertarikan untuk membeli pisang.
“Pisang Gorontalo itu memiliki rasa dan tekstur yang unggul. Jadi mari kita sama-sama mempromosikan tentang keunggulan pisang Gorontalo,” katanya.
Gobel mengingatkan, selain mengembangkan teknik bercocok tanam yang benar, juga perlu menerapkan teknik pengolahan pasca panen yang benar pula.
Dengan demikian, pisang menjadi lebih tahan lama, serta warna, tekstur, dan rasa yang tetap terjaga dengan baik. Selain itu, juga dilakukan pengepakan yang baik maupun pemasaran yang tepat.
“Kita harus membangun ekosistemnya, termasuk kelembagaannya, seperti koperasi,” katanya.
Karena itu, ia sedang menyiapkan konsep untuk menjadikan Desa Toydito sebagai Desa Wisata Pisang. Secara pribadi, katanya, ia juga memiliki motivasi tersendiri terhadap pengembangan pertanian pisang ini.
“Pisang sudah menjadi filosofi bisnis keluarga seperti yang dikembangkan almarhum Bapak Thayeb M Gobel. Karena pisang memiliki nilai ekonomi dan nilai manfaat di seluruh bagiannya. Pisang juga memiliki filosofi hidup yang tinggi, yaitu menyiapkan generasi penerus sebelum induknya menunaikan tugasnya,” kata Gobel.
Gobel mengatakan, Gorontalo adalah salah satu provinsi termiskin di Indonesia. Karena itu, ia sedang berjuang agar Gorontalo bisa menjadi salah satu provinsi termakmur di Indonesia.
Mengingat sebagian besar warga Gorontalo berprofesi sebagai petani dan tinggal di desa maka memakmurkan petani dan warga desa merupakan solusi yang tepat untuk menghapus kemiskinan di Gorontalo.
“Mari kita bersama-sama memakmurkan petani dan memakmurkan masyarakat dimulai dari desa,” tukas Gobel. (Yudis/*)