Menemukan Suara Gen Z: Dari Literasi, Teknologi, hingga Tanggung Jawab Demokrasi

JAKARTA (30 Oktober): Di tengah derasnya arus informasi dan transformasi digital, Partai NasDem melalui Perpustakaan Panglima Itam menggelar diskusi bertajuk “Preferensi Politik Gen Z Indonesia: Temukan Suara Generasi Masa Depan”, Kamis (30/10), di NasDem Tower, Jakarta Pusat.

Diskusi ini menghadirkan sederet tokoh lintas disiplin mulai dari Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem sekaligus Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Guru Besar UIN Jakarta Prof. Burhanuddin Muhtadi, Ketua Bidang Hukum dan HAM DPP Partai NasDem Atang Irawan, serta dua alumni program Remaja Bernegara NasDem Nurul Ain Hayati Rangkuti dan Rafly Arya Ramadhan. Acara dipandu oleh Kepala Perpustakaan Panglima Itam Shanti Ruwyastuti, serta dihadiri Ketua Yayasan Hatta sekaligus putri Proklamator RI Mohammad Hatta, Halida Nuriah Hatta.

Dalam pengantarnya, Lestari Moerdijat menekankan pentingnya memahami bagaimana generasi muda, khususnya Gen Z, memaknai dinamika politik di era perubahan global yang kian cepat akibat perkembangan teknologi.

“Jadi untuk memahami sebetulnya bagaimana anak muda khusunya Gen Z melihat peta politik di Indonesia lebih jauh lagi menganalisa memaknai dinamika yang terjadi dalam konteks perubahan global yang luar biasa akibat perkembangan teknologi yang tidak bisa dikesampingkan yang mau tidak mau menjadi salah satu bahan referensi khususnya bagi Gen Z untuk kemudian melihat apa yang terjadi dan apa yang nanti menjadi referensi politik,” ujar Lestari.

Ia menegaskan bahwa diskusi ini tidak bertujuan membahas partai atau kepentingan politik tertentu, melainkan memperkaya cara berpikir dan berbagi pengalaman agar berbagai macam perubahan yang terjadi menuju 2029 tetap berada di koridor yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sementara itu, Prof. Burhanuddin Muhtadi menyoroti fenomena kepuasan tidak kritis di kalangan generasi muda terhadap kondisi demokrasi saat ini.

“Sikap generasi muda dibandingkan generasi yang lebih tua yang saya temukan cukup merisaukan baik sebagai political scientis maupun orang yang hidup pada tahun 90-an karena Gen Z kita itu ada istilah kepuasan yang tidak kritis dengan kondisi demokrasi sekarang,” ungkap Burhan.

Ia menambahkan bahwa data yang diperolehnya menunjukkan ada sisi positif dari generasi muda. Selain Gen Z setuju bahwa demokrasi adalah sistem terbaik pemerintahan, menurutnya, Gen Z banyak terlibat dalam organisasi olahraga serta seni dan budaya musik, yang mempertemukan mereka dengan berbagai latar belakang agama dan etnik. Karena itu, ketika ditanya tentang politik atau isu sosial, mereka tidak menganggapnya sebagai masalah. Ia menegaskan bahwa Gen Z cenderung lebih toleran.

Salah satu alumni Remaja Bernegara NasDem, Nurul Ain Hayati Rangkuti, menuturkan bahwa program pendidikan politik yang dijalankan NasDem memberi pengalaman nyata tentang proses kepemimpinan dan pengambilan keputusan.

“Nah jadi harus belajar apa arti politik yang telah dipaparkan oleh Prof. Burhan tadi itu bener banget semuanya kayak kita tuh bakal merasakan impact satu per satu dari kita tuh memang sebesar itu dan kita juga tidak bisa terhindar dari teknologi dan juga sosial media yang bisa dibilang karena makanan sehari-harinya juga nggak bisa lepas dari teknologi komunikasi dan juga media sosial itu sendiri,” lanjutnya.

Nurul menjelaskan bahwa banyak teman-teman yang belum merasakan pengalaman sebagai remaja bernegara. Ia mengatakan kegiatan itu memberikan pengalaman berharga tentang bagaimana simulasi rapat dijalankan, bagaimana rasanya menjadi pimpinan seperti anggota DPR, gubernur atau tokoh masyarakat, serta bagaimana terlibat langsung dalam prosesnya.

Menurutnya, pengalaman tersebut membuat peserta merasa tertarik dan termotivasi karena memberikan sisi positif dari program remaja bernegara. Nurul menyebut pendaftaran Remaja Bernegara di media sosial hanya butuh 10 hingga 15 menit untuk habis diburu para remaja yang menunjukkan ketertarikan tinggi dari Gen Z terhadap kegiatan tersebut.

Nurul menilai, hal itu menunjukkan bahwa rasa penasaran dan keinginan untuk ikut bisa menjadi sesuatu yang positif jika diarahkan dengan baik.

Sementara itu, Halida Hatta menegaskan pentingnya literasi dan riset sebagai sikap bertanggung jawab dalam membangun karakter generasi muda yang kritis.

“Sedikit saja yaitu Gen Z yang saya percaya cerdas supaya juga mempunyai semangat literasi dan riset jadi seperti kita lihat Prof. Burhan jadi bagaimana bahwa bisa mengatakan sesuatu karena datanya adalah riset dan itu adalah suatu sikap yang sangat bertanggung jawab jadi yang kita butuhkan di bangsa ini adalah sikap-sikap yang bertanggung jawab dan care sama kelangsungan hidup bangsa ini visi jauh ke depan,” kata Halida.

Menurutnya, literasi bukan hanya membuka wawasan, tetapi juga mempertemukan “alam pikir” dan “alam hati” untuk melihat kepentingan bangsa secara utuh.

(WH/GN)

Add Comment