Furtasan Perjuangkan Revitalisasi Bangunan Sekolah yang Rusak
CIRUAS (1 November): Kondisi bangunan SMP PGRI Ciruas di Kabupaten Serang, Banten, kian memprihatinkan dan mendesak untuk direvitalisasi.
Pihak sekolah mengaku sudah tujuh tahun berturut-turut melaporkan kebutuhan perbaikan tersebut ke dinas terkait, namun keluhan mereka tak kunjung mendapat tanggapan.
Keluhan tersebut akhirnya didengar langsung oleh anggota Komisi X DPR RI, Furtasan Ali Yusuf, yang berkunjung ke sekolah tersebut pada Jumat (31/10/2025).
Kunjungan Furtasan sebetulnya dalam rangka penyaluran Program Indonesia Pintar (PIP) Jalur Aspirasi. Namun pada kesempatan itu ia juga mendengar langsung keluhan dari kepala sekolah, guru, dan wali murid terkait kondisi fisik sekolah.
“Selama saya tidak ada jadwal di DPR atau rapat di DPP, saya tiap hari roadshow terus keliling, minimal dua titik yang saya kunjungi,” ujar Furtasan.
Dalam penyaluran PIP kali ini, SMP PGRI Ciruas mendapatkan alokasi untuk 65 siswa. Selain SMP PGRI Ciruas, Furtasan juga mengunjungi SMA Plus Assyarif untuk menyerahkan bantuan PIP bagi 43 siswa.
Terkait kondisi bangunan sekolah, Furtasan berkomitmen untuk turut memperjuangkan dan akan menyuarakan ke dinas terkait di Kabupaten Serang.
Kepala SMP PGRI Ciruas, Nia Kurnia, mengungkapkan curahan hatinya mengenai penantian panjang tersebut. Ia menyatakan bahwa renovasi sangat mendesak untuk menunjang kegiatan belajar mengajar (KBM) yang aman dan nyaman bagi para siswa.
“Sudah tujuh tahun kami tidak berhenti melapor dan mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan. Tapi sampai sekarang belum ada realisasi,” ujar Nia Kurnia.
Pantauan di lokasi menunjukkan kerusakan yang cukup parah di beberapa bagian bangunan. Mulai dari plafon ruangan yang rapuh, atap yang jebol, hingga dinding yang retak.
Ironisnya, di sela-sela atap yang rusak bahkan ditemukan telur-telur biawak. Fasilitas sanitasi sekolah juga dilaporkan memerlukan perbaikan segera.
Kondisi tersebut jelas mengkhawatirkan keselamatan siswa dan guru. Salah seorang guru mengaku cemas, terutama saat cuaca buruk melanda.
“Kalau ada hujan ditambah angin kencang, kami (para guru dan siswa) memilih keluar ruangan. Kami takut atapnya tiba-tiba jebol,” ujar Nia.
Nia menambahkan, sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan PGRI, kemampuan finansial sekolah untuk melakukan renovasi skala besar sangat terbatas.
“Kami hanya bisa curhat, kami bingung harus bagaimana lagi. Setiap tahun kami laporkan kondisi riil sekolah, tapi sepertinya kami belum menjadi prioritas,” keluhnya.
Para guru dan siswa SMP PGRI Ciruas berharap, dengan adanya kunjungan dan perhatian dari Furtasan, laporan mereka selama tujuh tahun terakhir dapat segera ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Serang. (*)