NasDem Observasi Model Pembangunan Berbasis Budaya di Desa Simola, Yunnan
TENGCHONG, YUNNAN (16 November): Di balik perbukitan hijau Qingshui Township, berdiri sebuah desa tua yang memegang erat warisan panjang peradaban etnis Wa. Simola Village, yang telah berusia ratusan tahun, bukan sekadar permukiman adat, tetapi adalah mosaik sejarah yang merekam perjalanan komunitas Wa yang sejak dahulu hidup sebagai penjaga hutan tropis dan pegunungan, penuh solidaritas dan kekuatan komunal. Desa ini pernah menjadi bagian penting jalur perdagangan kuno antara Yunnan, Myanmar, dan Asia Tenggara.
Namun masa depan desa ini berubah drastis setelah Presiden Xi Jinping mengunjungi Simola pada 2020, sebuah momen yang menjadi titik balik monumental. Sejak kunjungan itu, Simola masuk sebagai desa prioritas revitalisasi pedesaan, dengan fokus pada pelestarian budaya etnis, peningkatan ekonomi, dan penguatan kohesi sosial. Negara hadir melalui infrastruktur, pelatihan, dan fasilitas publik tetapi tanpa memutus akar budaya masyarakat Wa.
Hari ini, Simola menggambarkan bagaimana sejarah dan modernitas dapat berpadu dalam harmoni. Rumah panggung kayu tradisional tetap terjaga, ritus adat masih dijalankan, seni serta simbol-simbol Wa tetap menjadi bahasa sehari-hari, namun kehidupan ekonomi desa telah bergerak maju. Jalan diperbaiki, sanitasi ditingkatkan, UMKM tumbuh, produk kerajinan tradisional dikembangkan, dan generasi muda mengambil peran sebagai pemandu budaya, pengrajin, hingga pengelola homestay.
Model ini memperlihatkan sebuah pelajaran penting: budaya bukan objek yang dibekukan, tetapi energi hidup yang dapat menjadi fondasi pembangunan. Ketika identitas dijaga, komunitas tumbuh tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial dan psikologis.
Delegasi Partai NasDem berkesempatan mengunjungi Desa Simola, pada Minggu (16/11). Ketua Delegasi Partai NasDem, Rio Okto Mendrino Waas, menyebut transformasi Simola sebagai contoh paling nyata bagaimana pendekatan pembangunan berbasis budaya dapat menciptakan kesatuan sosial yang kuat.
“Simola membuktikan bahwa pembangunan yang menghormati budaya menciptakan masyarakat yang lebih percaya diri, kompak, dan tahan terhadap perubahan. Identitas bukan hambatan tapi justru fondasi kuat bagi kemajuan,” ujar Rio seperti dilaporkan wartawan partainasdem.id, N.D. Santoso dari Simola, Yunnan, Tiongkok, Minggu (16/11).
Anggota Delegasi Partai NasDem, Damianus Bilo, Staf Khusus Ketua Umum Partai NasDem, memberikan penekanan yang lebih tajam tentang nilai strategis Simola.
“Kekuatan Simola ada pada kemampuannya mempertahankan memori kolektif. Rumah, ritus, narasi leluhur, dan simbol-simbol budaya tidak hanya dilestarikan, tetapi diberdayakan sebagai kekuatan sosial dan ekonomi. Inilah pembangunan yang sensitif terhadap kebudayaan yang membangun dari akar, bukan dari permukaan,” jelasnya.
Damianus menambahkan bahwa model semacam ini sangat relevan untuk negara sebesar Indonesia yang memiliki ratusan etnis dan karakter budaya.
“Indonesia memiliki kekayaan budaya yang tak kalah besar. Yang kita butuhkan adalah visi pembangunan yang menempatkan kebudayaan sebagai motor, bukan dekorasi. Simola memberi contoh konkret bagaimana identitas dapat menjadi perekat sosial sekaligus pintu kesejahteraan,” lanjutnya.
Kunjungan Delegasi NasDem ke Simola Wa Village mempertegas bahwa pembangunan manusia tidak dapat dilepaskan dari sejarah dan akar budayanya. Simola menunjukkan bahwa ketika negara hadir, identitas dihargai, dan komunitas diberdayakan, maka tumbuhlah kohesi sosial yang kuat, transformasi ekonomi yang berkelanjutan, dan kebanggaan etnis yang sehat.
Delegasi Partai NasDem ke Tiongkok terdiri dari Rio Okto Mendrino Waas (Ketua Digital dan Siber DPP Partai NasDem), Damianus Bilo (Staf Khusus Ketua Umum Partai NasDem), N.D. Santoso (Koordinator Media Center Partai NasDem), dan Laurentia Mellynda (Anggota Fraksi Partai NasDem DPRD Kota Cirebon, Jawa Barat).
Kunjungan itu merupakan bagian dari rangkaian program Delegasi NasDem dan ASEAN di Tiongkok pada 12-19 November, yang difasilitasi International Department of the Communist Party of China (IDCPC), mencakup dialog politik, kunjungan pusat riset, serta diplomasi kebudayaan.(NS/KL)