Ayu Alwiyah Aljufri: Ketegasan Guru Harus Mendidik, bukan Melukai

JAKARTA (6 Desember): Seruan Presiden Prabowo Subianto agar para guru bersikap lebih tegas kepada murid memunculkan berbagai respons di tengah masyarakat. Banyak pihak menilai ketegasan memang diperlukan untuk membentuk karakter, namun kekhawatiran muncul karena istilah “tegas” kerap disalahartikan sebagai pembenaran tindakan keras atau hukuman fisik.

Menanggapi hal tersebut, anggota Dewan Pertimbangan (Wantim) DPP Partai NasDem, Ayu Alwiyah Aljufri, mengatakan ketegasan dalam dunia pendidikan harus dipahami secara lebih bijaksana. Menurut dia, Psikologi Islam menawarkan pendekatan yang lebih seimbang yakni ketegasan yang membimbing tanpa menakutkan, dan mendidik tanpa melukai.

Ayu Alwiyah menjelaskan bahwa dalam Islam, ketegasan bukanlah wujud kemarahan, tetapi kompas moral yang menjaga manusia menuju kebaikan. Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW yang menekankan pentingnya ihsan dalam setiap tindakan.

“Ketegasan yang islami adalah ketegasan yang lahir dari kasih sayang, adil dalam menegur, dan bertujuan memperbaiki, bukan mempermalukan,” ujarnya, Kamis (4/12).

Doktor bidang Psikologi Islam itu menambahkan, para pendidik klasik selalu mempraktikkan prinsip tegas dalam prinsip, lembut dalam pendekatan.

Dalam perspektif Psikologi Islam, kata Ayu, anak bukanlah objek yang boleh menerima luapan amarah, melainkan amanah yang harus dijaga jiwanya. Karena itu, hukuman fisik tidak memiliki tempat dalam pendidikan.

“Ketegasan harus diarahkan pada penanaman tanggung jawab (taklif), pembentukan akhlak, dan penguatan kontrol diri. Mendidik itu menguatkan, bukan membuat takut,” jelasnya.

Ahli Psikologi Islam itu menyebutkan lima prinsip ketegasan Nabi Muhammad SAW yang relevan diterapkan dalam pendidikan saat ini. Yakni tegas dalam aturan lembut dalam komunikasi, tidak pernah memukul anak, menegur tanpa mempermalukan, memberi panggilan yang membangun kepercayaan diri, dan mengoreksi perilaku tanpa merendahkan pribadi.

“Ini bukti bahwa ketegasan tidak harus brutal. Ketegasan dapat hadir dalam cara yang mulia,” katanya.

Menurut Ayu, seruan Presiden Prabowo Subianto itu sebagai momentum memperkuat paradigma pendidikan nasional yang menekankan disiplin, karakter, adab, dan tanggung jawab. Namun ia mengingatkan bahwa guru perlu didukung dengan pelatihan psikologi pendidikan Islam, kurikulum adab, serta sistem pembinaan yang humanis.

“Ketegasan yang tepat akan melahirkan generasi yang berani, beradab, dan berakhlak,” ucapnya.

Ayu mengingatkan bahwa ketegasan sejatinya merupakan cahaya, bukan amarah. Mengutip Nabi Muhammad SAW, Ayu mengatakan kelembutan selalu menghias sesuatu dan ketiadaannya justru merusak.

“Tugas kita bukan hanya menguatkan aturan, tetapi juga merawat jiwa guru dan murid. Tegas itu perlu, tetapi harus tegas yang membangun martabat, bukan menjatuhkan,” tambahnya.

Menurutnya, ketika ketegasan bersanding dengan kasih sayang, pendidikan Indonesia bukan hanya mencerdaskan, tetapi juga mencerahkan dan melahirkan generasi yang jernih hati serta mulia akhlaknya.

(WH/KL)

Add Comment