Wujudkan Cita-Cita Bangsa melalui Instrumen Politik

SLEMAN (10 Desember): Pembukaan UUD 1945 pada alenia empat, memuat cita-cita bangsa, yakni mewujudkan negara yang melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Anggota MPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Subardi, menjelaskan makna cita-cita itu dapat dilihat dari dua perspektif, yakni cita-cita internal dan cita-cita eksternal. Cita-cita internal mencakup political nationalism, mencakup keamanan negara, kemakmuran rakyat, dan kemandirian bangsa. Rumusan cita-cita internal adalah ideologi yang menekankan persatuan dan kepentingan bangsa untuk memperkuat eksistensi negara.

Sedangkan cita-cita eksternal menyangkut usaha yang berhubungan dengan institusi luar negeri untuk mencapai tujuan nasional. Kalimat ‘ikut serta melaksanakan ketertiban dunia’ menegaskan sikap Indonesia yang bebas aktif. Subardi mengatakan, pendiri bangsa merumuskan proyeksi kebangsaan tidak untuk sendiri, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain di dunia.

“Saat para pendiri bangsa merancang NKRI, ada cita-cita yang bersifat domestik untuk masa depan rakyat, dan cita-cita global untuk kepentingan dunia. Artinya, para pendiri bangsa telah menyiapkan Indonesia menjadi bangsa yang besar dengan mendorong keterlibatan dalam misi kemanusiaan dunia,” kata Subardi dalam sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan, tahap I, di Sleman, DIY, Selasa (9/12/2025).

Subardi menyampaikan Empat Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) merupakan ajaran yang harus dibumikan untuk mencapai tujuan bangsa.

Salah satu caranya melalui jalur politik. Politik, lanjutnya, merupakan instrumen pengambilan keputusan yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, sehingga aktor-aktor politik mesti menempatkan national interest sebagai pilihan utama dalam perjuangan politik.

“Dalam perspektif pemerintahan, proyeksi kebangsaan butuh dukungan politik. Politik yang bagaimana? Tentu politik kebangsaan. Ini membutuhkan kerja kolektif semua elemen bangsa,” pungkasnya. (Yudis/*)

Add Comment