Hadiri Malam Hiburan Rakyat, Lusy Ajak Warga Lestarikan Budaya
BANGKA SELATAN (3 Desember): Calon anggota DPR RI Partai NasDem Dapil Kepulauan Bangka Belitung nomor urut 3 Lusyani Suwandi mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat di Kelenteng 10 Dewa, Teladan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, beberapa waktu lalu.
Lusy yang datang mengenakan kemeja sutra bewarna biru laut dipadu sepatu warna hitam itu disambut pertunjukan barongsai dan ratusan warga yang membuat makin semarak lantaran tak sedikit yang memanfaatkan momen tersebut untuk berswafoto bersama Lusy.
Rombongan Lusy disambut tokoh masyarakat Basel Buyung, caleg DPRD Kabupaten Sekian, tokoh agama dan Pengurus Kelenteng 10 Dewa. Dengan ramah, Lusy menyapa sejumlah tamu undangan yang sejak sore telah menunggu di lokasi kegiatan malam hiburan rakyat.
Lusy yang juga Wakil Bendahara Umum DPP Partai NasDem kelahiran Jebus, Bangka Barat ini menyatakan komitmennya untuk membuat Babel berkembang dan makin sejahtera.
“Saya lahir di Jebus dan jabatan saya saat ini Wakil Bendahara Umum Partai NasDem. Kalau diizinkan, saya kembali ditugaskan mewakili kalian semua ke DPR RI. Tugasnya banyak nanti, namun intinya membuat Babel berkembang dan lebih sejahtera dari banyak hal,” ucapnya.
Komitmen Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang konsisten membawa perubahan menjadi salah satu sebab mengapa Lusy jatuh hati ke Partai NasDem. Selain itu menurut Lusy NasDem juga komitmen mendukung putra-putri terbaik bangsa tanpa membeda-bedakan suku agama dan ras.
“Ketum saya konsisten menjalankan apa yang menjadi komitmen. Mendukung orang-orang pintar seperti Ridwan Kamil dan Ibu Khofifah. Inti partai kami ingin Indonesia maju. Semua dirangkul tanpa memandang suku agama dan ras. Itu yang membuat saya jatuh cinta,” terangnya.
Dirinya memberi apresiasi dan mengajak semua pemangku kepentingan untuk melestarikan adat budaya warisan turun temurun. Sebab ia meyakini budaya tidaklah membatasi suku, ras, agama dan warna kulit bahkan mampu berperan sebagai alat pemersatu bangsa.
“Kami apresiasi kegiatan budaya semacam ini. Apalagi di tengah banyaknya kelompok yang berusaha memancing perpecahan NKRI, budaya bisa menjadi alat pemersatu. Uang bukan segalanya, yang penting bagaimana kita berperestasi,” ucapnya.
Lusyani juga bersyukur, saat ini aturan soal money politic sangat ketat. Tak hanya ancaman diskualifikasi tapi juga ancaman pidana. Baginya uang bukan segalanya, namun yang terpenting seperti apa sosok tersebut memiliki potensi dan jaringan yang luas.
“Saya bersyukur diberikan kemudahan dalam hidup saya. Anak-anak sudah pada mandiri. Jadi Saya kembali untuk mengabdikan diri, apapun yang saya punya akan saya abdikan, silakan dicatat,” pungkasnya.(*)