Pemimpin Bersih Selamatkan Indonesia dari Tsunami Korupsi
GRESIK (5 Januari): Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) NasDem A.Effendy Choirie menyatakan terlibat dalam kontestasi menjadi calon anggota legislatif baik itu DPRD ataupun DPR RI di era demokrasi liberal seperti sekarang ini tidak beggitu mudah.
Bahkan, menurut calon legislatif DPR RI dari Partai NasDem dari Daerah Pemilihan (dapil) Jawa Timur X yang meliputi Gerisk-Lamongan nomor urut 1 ini mengaku nyaleg sekarang terasa sangat berat.
"Banyak faktor antara lain sistem politiknya, persaingan internal caleg dalam satu partai yang sama, persaingan eksternal caleg dengan partai yang berbeda," ungkap Effendy Choirie atau yang akrab disapa Gus Choi ini kepada partainasdem.id, Sabtu (05/01).
Lebih jauh mantan anggota DPR RI periode 1999-2004, 2004-2009 dan 2009-2014 ini menegaskan, aturan KPU yang terlalu berlebihan dan pengawasan Bawaslu yang terlalu ketat, bahkan terkesan mengada-ada, sehingga sosialisasi baik partai maupun caleg tidak bisa maksimal, tidak bisa dilakukan secara leluasa, baik lewat udara maupun darat, pragmatisme rakyat yang hampir merata dan lain-lain.
"Ini semua menyebabkan sulitnya mewujudkan partisipasi rakyat secara maksimal dan makin jauhnya mewujudkan demokrasi yang berkualitas," tegas Gus Choi.
Ditambahkan Gus Choi, demokrasi hanya berjalan secara prosedural belum substansial dan esensial. Rakyat terlibat atau partisipasi bukan karena suara hati nurani sebagai manifestasi 'suara rakyat suara Tuhan'. Tetapi rakyat partisipasi atas dasar mobilisasi kekuatan kapital dari partai atau caleg yang cukup modal kapital.
"Sungguh realitas politik seperti ini menyedihkan. Tidak kita inginkan. Jauh dari harapan bagi aktivis dan kaum pejuang demokrasi. Tetapi mekanisme demokrasi lima tahunan untuk memilih pemimpin jalur DPRD, DPR RI, DPD RI atau memilih Presiden dan Wakil Presiden harus tetap berjalan dan berlangsung tanpa gangguan apapun," ujar Gus Choi.
Oleh karena itu, tambahnya, apa pun realitasnya, apa pun kondisinya, betapapun beratnya, partai-partai dan caleg-calegnya harus siap ikut kontestasi dan kompetisi secara sportif.
"Dalam kontestasi dan kompetisi itu, Partai NasDem dan caleg-calegnya tidak boleh menjual isu SARA," tegas Gus Choi.
Laki-laki kelahiran Gresik, 17 Juni 1963 ini juga menyatakan, NasDem dan calegnya menawarkan gagasan 'gerakan perubahan restorasi Indonesia'. Restorasi dengan pengertian memperbaiki, mengembalikan, memulihkan, dan mencerahkan, adalah untuk mempercepat terwujudnya cita cita kemerdekaan Indonesia. Yaitu melindungi, memajukan kesejahteraan, mencerdaskan, dan ikut menciptakan perdamaian dunia. Selain itu, salah satu implementasi restorasi adalah politik tanpa mahar.
"Yakni setiap calon pemimpin yang lewat jalur Partai NasDem tidak dipungut biaya sepeser pun. Ini dimaksudkan agar setelah terpilih mereka tidak korupsi. Semua kebijakannya untuk rakyat. Mereka harus menjadi pemimpin yang bersih. Ini salah salah satu cara untuk menyelamatkan Indonesia dari tsunami korupsi," tegas Gus Choi.
Indonesia dalam bahaya, tambah Gus Choi, bukan hanya bencana alam tsunami, tetapi juga tsunami korupsi, yang merupakan ulah para pemimpinnya yang secara berjamaah mencuri uang negara.
"Memang berat mewujudkan itu, tapi harus dimulai meski dari yang sederhana dan paling kecil," pungkas Gus Choi.(*)