Perjuangan Tanpa Batas Anggiasari

YOGYAKARTA (12 Februari): MESKIPUN (maaf) tinggi tubuhnya tidak lebih dari satu meter, Anggiasari Puji Aryati tidak merasa harus rendah diri.

"Saya memang terbatas, tetapi perjuangan saya tanpa batas," katanya setiap kali berjumpa dengan orang yang mempertanyakan sosok dan aktivitasnya sebagai penyandang disabilitas.

Tidak berlebihan jika Partai NasDem mempercayakan Anggi — begitu ia biasa disapa — menjadi calon anggota legislatif DPR-RI di Daerah Pemilihan (Dapil) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 

Partai pengusung restorasi itu menempatkan Anggi di nomor urut 6. Bagi Anggi, nomor berapa pun tidak menjadi masalah. 

"Yang penting buat saya adalah bagaimana bisa terpilih, sehingga saya bisa duduk di DPR dan memperjuangkan aspirasi kaum disabilitas yang selama ini sudah dekat dengan saya," katanya di Salatiga awal bulan ini.

Sehari-hari Anggi dikenal sebagai perempuan yang enerjik. Memiliki semangat yang luar biasa. Setiap kali ada pertemuan, baik yang diselenggarakan Partai NasDem, maupun organisasi lain, ia selalu hadir.

Tidak terkecuali ketika Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) mengadakan acara pembekalan buat para caleg Kristen dari lintas partai di Salatiga 1-2 Februari lalu, Anggi juga hadir.

Tercatat ada 55 caleg asal GKJ yang mengikuti acara yang berlangsung di d'Emmerick Hotel, Salib Putih itu. Hanya ada dua caleg DPR-RI yang hadir di forum tersebut, yaitu Anggi dan saya (Gantyo Koespradono, Dapil Jateng 2-Kabupaten Demak, Kudus dan Jepara). Selebihnya adalah caleg DPRD kota dan kabupaten.

Anggi hampir selalu berbicara dan bertanya setiap ada sesi tanya jawab. Ketika berbicara, ia selalu menyinggung masalah disabilitas dan peran perempuan. Pasalnya, menurut dia, "masih banyak orang dengan disabilitas di luar sana yang tidak seberuntung saya," katanya.

Anggi sejak lahir mengalami apa yang disebut dengan akondroplasia, yaitu memiliki tinggi badan yang hanya 40% dari tinggi badan orang normal. 

"Sehingga saya mengalami hambatan mobilitas," katanya seperti yang ia tulis dalam buku profil pencalegannya.

Anggi mengaku senang belajar. Tidak berlebihan kalau ada yang mengatakan ia adalah perempuan pembelajar. Ia pernah belajar bahasa Prancis di Universitas Gadjah Mada, sastra Inggris di STBA LIA Yogyakarta, dan filsafat teologi di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.

Setelah menempuh pendidikan formal tersebut, Anggi pernah bekerja di Yakkum selama tiga tahun. Di sini, Anggi menyuarakan hak-hak masyarakat terpinggirkan dalam hak kesehatan. Tak cuma itu, di yayasan ini Anggi juga menggeluti isu-isu mengenai emergency response dan rehabilitasi pembangunan.

Setelah itu selama satu tahun, Anggi bekerja di Arbeiter Samariten Bund Indonesia & The Philippines, lembaga internasional yang berpusat di Jerman.

Di lembaga itu, Anggi berperan sebagai koordinator komunikasi penghubung tujuh lembaga internasional yang tergabung dalam aliansi global pengurangan risiko bencana.

Selain itu ia juga aktif dalam hal handicap international dan menjadi penasihat teknis untuk inklusi dan gender. Tugasnya adalah memastikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh organisasii mengikutsertakan penyandang disabilitas, baik sebagai penerima manfaat, maupun sebagai pelaksana kegiatan.

Di mata Anggi, ibu yang melahirkannya sebagai sosok yang layak diteladani dan menjadi sumber inspirasinya. "Saya bisa menjadi seperti sekarang berkat ibu saya," tegasnya.

Anggi melanjutkan, "beliau-lah yang mengusahakan agar saya bisa bersekolah di sekolah reguler layaknya anak-anak lain. Dari situ semangat perjuangan saya muncul."

"Masih banyak orang dengan disabilitas di luar sana yang tidak seberuntung saya, sehingga menjadi kewajiban saya menggantikan peran ibu saya untuk memperjuangkan mereka," ujar Anggi.

Dilatarbelakangi kenyataan itulah, Anggi bertekad untuk bisa terpilih menjadi anggota DPR, meskipun diakui perjuangan menuju Senayan tidak mudah.

Ada delapan kursi DPR yang diperebutkan di DIY. Di dapil itu ia mau tidak mau harus bersaing dengan politisi besar, pengusaha dan sejumlah artis ternama.

"Meskipun saya tidak sepopuler mereka, tidak punya uang dan pengalaman politik sebanyak mereka, saya tetap berjuang. Masih ada peluang untuk saya," tegasnya.

Ada lima fokus utama yang diperjuangkan Anggi, yaitu pertama, hal-hal yang berkaitan dengan disabilitas; kedua aksesbilitas; ketiga hak asasi manusia; keempat perlindungan dan kemandirian perempuan; dan kelima pendidikan.

Selamat berjuang Anggi. Semoga terpilih dan menduduki kursi di Senayan.[]

Add Comment