Pemerintah Harus Serius Pulihkan Kehidupan Korban Bencana Pasigala
PALU (30 Mei): Pemerintah dan pihak terkait lainnya perlu lebih bersungguh-sungguh memulihkan kondisi kehidupan masyarakat utamanya korban di lokasi pengungsian pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi 28 September 2018 di Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) Sulteng.
"Langkah pemulihan pascabencana perlu keterpaduan pemerintah, pihak-pihak terkait, BNPB, dinas sosial, BUMN," kata Ketua Fraksi NasDem DPR-RI, Ahmad M Ali, di Palu, Sulteng, Rabu (29/5).
Dinas Sosial, PUPR, BNPB, sebagai pihak-pihak terkait perlu memastikan pemulihan hidup korban bencana Sulteng meliputi tempat tinggal dan jaminan hidup. Sebanyak 6.655 jiwa pengungsi gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu masih tinggal di tenda-tenda dan selter pengungsian yang tersebar di sejumlah lokasi. Jumlah unit hunian sementara (huntara) baik yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) maupun lembaga Non Government Organization (NGO) masih terbatas.
"Hanya sekitar 4.468 KK (Kepala Keluarga) yang bisa ditampung," kata Ketua Tim Validasi Data yang juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palu, Arfan dalam diskusi Libun Todea yang dilaksanakan Pemkot Palu baru-baru ini.
Ahmad M Ali yang akrab dipanggil Haji Matu mengatakan, pascabencana minim terjadi perdebatan terkait langkah-langkah pemenuhan hak masyarakat utamanya korban bencana di pengungsian.
Yang lebih sering didebatkan di Sulawesi Tengah justru mengenai calon gubernur dan wakil gubernur periode 2021-2026.
"Dari hari ke hari kita baca informasi di media sosial, tidak ada perdebatan tentang itu. Yang lebih ramai perdebatan tentang pemilihan gubernur," ujar Ahmad Ali.
Jika demikian, lanjut politisi NasDem itu, siapa yang akan mengurusi korban bencana Sulteng di pengungsian pascabencana. Bendahara DPP NasDem itu mengajak awak media/insan pers untuk aktif melakukan kontrol terhadap kinerja pemerintah utamanya terkait pemulihan kehidupan korban pasca bencana.
"Siapa yang mengurus mereka? Pemerintah kalau tidak dikontrol terus bagaimana? Saya membayangkan bagaimana perasaan saudara-saudara kita yang ada di tenda," kata dia.
Dari awal bencana, menurut dia, hingga saat ini belum mendapat penyelesaian masalah yang tepat penanganan pascabencana.
"Orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing. Padahal tidak sedikit masyarakat di lokasi pengungsian yang belum mendapat tempat tinggal yang layak," tegas Ahmad Ali.
Oleh karena itu, kata Ahnad Ali lagi, butuh keterpaduan para pihak dibarengi dengan kesungguhan menangani pemulihan pascabencana Sulteng.(Ant/*)