NasDem Siapkan GBHP Ekonomi Kreatif Pop Culture Nusantara

JAKARTA (24 Oktober): Serial diskusi IV Garis Besar Haluan Partai (GBHP) NasDem memfokuskan pada upaya memaksimalkan 'Pop Culture Nusantara' sebagai soft power bagi Indonesia agar bisa bersaing di tengah ekonomi kreatif dunia.

 Forum Group Discussion (FGD) yang dilangsungkan di Auditorium DPP Partai NasDem, Jakarta, Kamis (24/10) ini juga menjadi FGD GBHP penutup dari empat seri yang sudah digelar beberapa minggu sebelumnya.

Anggota DPR RI Fraksi NasDem Kresna Dewanata Phrosakh yang menjadi salah satu tim perumus GBPH dan narasumber pada diskusi kali ini mengungkapkan pihaknya sedang  memersiapkan perumusan GBHP untuk memaksimalkan pop culture nusantara.

"Indonesia sudah terlalu besar dan lama menjadi negara konsumen  ekonomi kreatif, maka saya mengajak untuk fokus mengakomodasi pop culture. Supaya menjadi soft power untuk ekonomi kreatif Indonesia," ujar Dewanata. 

Sebagai influencer publik dan anggota DPR RI Fraksi NasDem, Muhammad Farhan mengingatkan bahwa pop culture berawal dari ide, karena ide menjadi landasan utama dalam menciptakan pop culture agar bisa diarahkan ke dalam industri.

"Pop culture dapat melintasi berbagai sekat sosial,  maka dari itu sudah seharusnya pop culculter dapat melahirkan generasi yang kritis,  inovatif dan maju.  Jangan sampai pop culture malah membawa dampak negatif. Untuk ini diperlukan ide  mendasar agar ke depan   Indonesia bisa menciptakan kreativitas yang memberikan  keuntungan nasional," jelas Farhan.

Sebagai pelaku yang mengembangkan ekonomi kratif, Wakil Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik menjelaskan, ekonomi kreatif hadir sebagai wadah alternatif untuk menyelesaikan ketimpangan ekonomi dengan memanfaatkan pop culture.

"Perlu strategi marketing dalam memahami pop culture agar dapat memaksimalkan ekonomi kreatif kita. Oleh karena itu Bekraf hadir untuk mengakomodasi dan mewadahi itu semua," ujar Ricky saat menjadi narasumber GBHP Partai NasDem.

 Ricky menjelaskan  pemerintah perlu lebih berperan untuk  melihat potensi ekonomi kreatif ini sebagai komoditas ekonomi, agar Indonesia dapat mengkapitalisasi supaya tidak hanya menjadi konsumen industri kreatif global.

Sedangkan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Garda Pemuda NasDem Bidang Seni dan Budaya yang juga sutradara film Fajar Nugros mengatakan, ada satu hal yang sulit membentuk dan mendorong pop culture Indonesia yaitu minimnya kesadaran kolektif dan persatuan di Indonesia.

"Bagaimana kita mau melawan asing, menghubungkan bangsa sendiri saja sulit sekali, kita terlalu sibuk dengan budaya mana yang ingin kita dorong ke pasar international. Padahal itulah kekayaan, kekuatan dan amunisi kita, kita kuat karena keberagaman," tegas Fajar. 

Fajar pun berpesan kepada pelaku dan penggerak negara ini agar dapat melihat potensi yang besar pada pop culture supaya Indonesia dapat memaksimalkannya. 

"Partai NasDem harus menjadi garda terdepan untuk pop cultur dan menemukan pasar masyarakat. Karena di Indonesia itu sangat sulit mengonektivitaskan budaya satu dengan yang lainnya, padahal menguasai pop culture sama saja menguasai dunia," katanya.

Birgaldo Sinaga, penulis yang juga anggota Tim Pembahas GBHP NasDem menyarankan kepada pelaku produksi budaya harus memahami dulu budayanya, agar mampu menciptakan pop culture yang dapat bertahan, tidak cepat menghilang.

"Maka sudah harus ditanamkan oleh anak-anak kecil kita agar memiliki budaya.  Maka partai NasDem  harus memberikan inovasi-inovasi dengan ekosistem yang baik, mulai dari gizi ibu hamil,  kesehatan anak-anak untuk mendukung keunggulan kualitas masyarakat, itu modal dasar yang sangat dasar," terang Birgaldo.

Mayjen Supiadin Aries Saputra, anggota DPR RI Fraksi NasDem periode 2014-2019 menegaskan pop culture yang nantinya akan dirumuskan ke dalam GBHP NasDem harus menjadi ketahanan budaya Indonesia.

"Pop culture harus bisa mendorong ketahanan nasional," tegasnya

Oleh sebab itu Tesa Kaunang sebagai publik figur yang hadir pada diskusi GBHP Partai NasDem, mengingatkan pentingnya setiap generasi melekat kepada budaya.

"Maka sangat penting bagi setiap generasi untuk memahami dan melekatkan diri kepada budaya sebagai kekuatan dan karakter bangsa Indonesia," tutur Tesa Kaunang.(BA/*)

Add Comment