Nasionalisme dari Pinggiran Kota
PALU, SULTENG (16 Agustus): ‘Nasionalisme di Pinggiran kota’, menjadi pilihan tema berbagai kegiatan perayaan kemerdekaan yang diselenggarakan Partai NasDem bersama warga kota Palu. Hal ini disampaikan Yahdi Basma, Anggota Fraksi NasDem DPRD Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu (16/08).
Berbagai kegiatan rakyat akan memeriahkan HUT Kemerdekaan Bangsa Indonesia ke-72, (17/08), akan dilangsungkan sedikitnya di 11 titik Kelurahan di Kota Palu. Mulai dari Festival Kicau NasDem atau Lomba Minat Burung Kicau, Multi-Lomba Rakyat, Panjat Pinang, Makan Kerupuk, Lari Kelereng, Sepak Bola, Diskusi Kebangsaan, hingga Upacara Bendera versi Nelayan Teluk Palu dan Warga Kaki Gunung di pinggiran Palu, Dusun Lekatu kelurahan Tipo.
Khusus untuk upacara bendera, kegiatan akan dilangsungkan oleh Nelayan Teluk Palu, pada Kamis, (17/08), pukul 07.00 pagi, di area kosong belakang Masjid Al-Istigfar, Kelurahan Tondo Kiri, ujung di bibir Pantai, Jalan Uwe Mpeguru, Tondo, kecamatan Mantikulore.
Sedangkan untuk versi warga di kaki gunung, upacara akan dilangsungkan bersama warga Lekatu, Kamis (17/08), pukul 07.30 wita, di Lapangan Bola Kaki Lekatu-1, Kecamatan Ulujadi, Palu.
Seluruh rangkaian kegiatan ini dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) NasDem Kota Palu, Peserta BACALEG dan Relawan Ahmad M Ali yang tergabung dalam Ahmad Ali Center (AA Center).
"Nasionalisme di Pinggiran Kota sebagai tema sentral kegiatan ini, diajukan ke publik sebagai bahan banding pada kejumudan seremonial pejabat, birokrasi dan kelompok formal negara yang rutin memperingati HUT Bangsa Indonesia dari tahun ke tahun dalam bentuk Upacara Pengibaran dan Penyimpanan Bendera Sang Saka Merah Putih", urai Yahdi.
Lebih jauh mantan Aktivis Mahasiswa 98 itu menyebutkan, Nasionalisme di pinggiran kota ini juga dimaksudkan untuk menyampaikan pesan khususnya di Kota Palu, bahwa di usia Bangsa Indonesia ke 72 tahun, banyak segmen masyarakat kota yang sesungguhnya bergairah untuk memperingati HUT Bangsa Indoneisa.
“Namun terkendala media dan minimnya kesempatan, pilihan mengikuti upacara di Halaman Kantor Pemerintahan adalah pilihan yang tidak mungkin, tanpa bawa tiket, undangan VIP, pakaian seragam dan seterusnya," tambah Yahdi.
Nasionalisme di Pinggiran kota, harus menjadi preferensi bagi pembangunan. Yahdi juga menambahkan, kesenjangan pembangunan, perlu ditekan setipis mungkin. Hak-hak publik yang rentan tidak terakomodir, menjadi pilihan yang patut diperjuangkan.
“Kelompok masyarakat rentan terpinggirkan seperti Nelayan Teluk Palu, Warga Kaki Gunung, Perempuan & Remaja, menjadi segmen yang harus diberi perhatian solutif oleh negara, khususnya melalui kebijakan pemerintah daerah. Saya berharap agar warga kota Palu, khususnya yang berada di sekitar kegiatan upacara dilangsungkan untuk hadir dan mengukuti upacara ini", pungkas Yahdi.(*)