Tradisi Elitisme Harus Dicabut dari Pemerintahan
PALU (19 Juni): Pasangan bakal calon Wali Kota-Wakil Wali Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) Aristan-Wahyuddin, memenuhi undangan kelompok milenial yang tergabung dalam Majelis Pencinta Kopi Kota Palu, di Ruang Coffie, Jalan Balai Kota Timur, Kota Palu, Kamis (18/6) malam.
Pasangan calon Wali Kota Palu, koalisi Partai NasDem dan PKS itu, mengaku senang bisa bertemu dan berdiskusi bersama kelompok milenial yang tergabung dalam kelompok pencinta kopi di Kota Palu.
"Semalam, saya bersama Ustad M Wahyuddin bertemu dan berdiskusi semeja dengan teman-teman milenial Majelis Pecinta Kopi Kota Palu. Isi cerita kami cukup menarik, mengupas perspektif milenial dalam kontestasi politik," ungkapnya.
Dia bersama Wahyuddin mengaku senang ketika anak muda sudah mulai melek politik.
"Semakin mereka sadar akan pentingnya politik, semakin terarah jalan kemuliaan politik itu," kata Aristan.
Aristan mengaku terkejut, ketika mereka bercerita tentang pemimpin yang sederhana dan bersahaja selama ini belum pernah mereka temui dalam kehidupan nyata.
"Dalam hati saya bergumam, mungkin yang mereka maksud adalah pemimpin yang elitis," sebutnya.
Pantas saja, lanjut Aristan, mereka terkejut saat dirinya bersama ustadz Wahyuddin tiba memenuhi undangan mereka.
"Elitisme itu, merupakan penyakit yang harus dicabut dari pemerintahan. Elitisme, sudah menjadi tradisi di setiap pemerintahan. Akibatnya, akses bagi keseluruhan orang tidak bisa didapatkan, maka yang timbul adalah ketidakadilan dan ketimpangan sosial," sebutnya.
Aristan menyebut, anak-anak milenial ini butuh diberi edukasi politik. Mereka harus diajak dan diperlihatkan politik gaya baru. Bukan politik model lama sebagaimana yang mereka lihat selama ini.
"Membongkar tradisi elitisme adalah tujuan paling mendasar membangun kota ini. Dengan begitu, kita mampu beranjak dari peradaban yang menyejahterakan segelintir orang menjadi peradaban menyejahterakan banyak orang," tutupnya.(RO/*)