PT Pos Jangan Jadi Legenda Masa Lalu
BANDUNG (9 Juli): PT Pos Indonesia mengalami guncangan sejak satu dekade terakhir, seiring banyaknya persaingan jasa kurir swasta. Banyak kompetitor bergerak lebih cepat dalam merespon perkembangan bisnis berbasis online (e-commerce).
Penurunan laba PT Pos dilihat berdasarkan laporan keuangan yang terus turun. Tahun 2017 laba bersih PT Pos merosot 64% dari sebesar Rp355 miliar menjadi hanya Rp127 miliar pada tahun 2019. Namun, angka ini masih didominasi pendapatan jasa kurir yang mencapai 60% dari total pendapatan Rp5,5 triliun. Jasa kurir masih menjadi tumpuan PT Pos dengan keunggulan jaringannya yang luas sampai ke pelosok Tanah Air.
Kinerja PT Pos yang relatif stabil meski tidak menunjukkan peningkatan signifikan menjadi fokus kajian Komisi VI DPR RI saat menggelar kunjungan kerja di Kantor PT Pos Indonesia, Bandung Jawa Barat, Kamis (9/7).
Anggota Komisi VI DPR Fraksi NasDem, Subardi mendorong agar PT Pos mengejar ketertinggalan dengan menggandeng kerja sama lintas perusahaan BUMN. Sinergi berupa kerja sama di bidang distribusi logistik untuk masyarakat.
"Di awal masa pandemi, PT Pos mendistribusikan berbagai bantuan sosial yang dilakukan bersama Kementerian Sosial. Kerja sama ini sebenarnya bisa meluas. Misalnya distribusi pupuk berkerja sama dengan PT Pupuk distribusi bahan pangan dengan Bulog. Ini bisa dibangun permanen dan berkesinambungan," ujar Legislator NasDem asal Yogyakarta itu.
Sinergi dan kerja sama itu merupakan tugas PT Pos sebagai perusahaan negara yang tidak semata mencari profit, tetapi juga memberikan pelayanan publik (PSO). Namun, menurut Mbah Bardi, sapaan akrabnya, kerja sama dengan lintas BUMN tetap dengan manajemen yang profesional, modern, dan berbasis digital.
"Digitalisasi adalah instrumen penting dalam reformasi perusahaan. Dalam kerja sama misalnya saat distribusi pupuk, para petani bisa melacaknya secara real time. Atau penerima bantuan bahan pangan juga bisa melacak (tracking) alur distribusinya sampai dimana," katanya.
PT Pos sebagai perusahaan persero dibawah BUMN memiliki jaringan yang luas dan aset berupa gudang dimana-mana. Subardi mengatakan modal tersebut cukup untuk memajukan perusahaan yang berdiri sejak 27 September 1945 dan memiliki lebih dari 4.700 kantor cabang seluruh Indonesia itu.
"Ada keinginan dari masyarakat agar PT Pos sebagai perusahaan legendaris, jangan sampai menjadi legenda masa lalu karena kalah bersaing," pungkasnya. (RO/*)