GKSB Indonesia-Turki Perkuat Kerja Sama Pertahanan

JAKARTA (25 Agustus): Di masa pandemi Covid-19 selayaknya tidak menghentikan langkah diplomasi dan kerja sama parlemen. Bahkan sebaliknya, dalam situasi tidak menentu ini, kerja sama antarnegara justru semakin dibutuhkan. 

Hal tersebut disampaikan Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Indonesia-Turki, Muhammad Farhan dari Fraksi NasDem DPR RI di Senayan, Jakarta, Senin (24/8). Dia mendorong penguatan kerja sama Indonesia-Turki guna meningkatkan hubungan bilateral kedua negara. Turut hadir dalam pertemuan tersebut, anggota BKSAP DPR RI, Zulfikar Hamonangan dan Direktur Eropa 3 Kementerian Luar Negeri, Masni Eriza.

Anggota Komisi I DPR RI dari NasDem itu mengatakan, dalam pertemuan tersebut ke dua pihak menegaskan kembali dukungan untuk penguatan kerja sama antara ke dua negara, di antaranya kerja sama pertahanan, perdagangan, dan pendidikan. 

“Yang pasti kita harus berfokus pada kerja sama yang akan meningkatkan nilai industri pertahanan dalam negeri," ujar Legislator NasDem tersebut.  

Wakil rakyat dari dapil Jawa Barat (Jabar) I itu mengatakan, Indonesia-Turki sudah memiliki Memorandum of Understanding (MoU) tentang Kerja Sama Industri Pertahanan sejak 2010, di antaranya tentang pengadaan alutsista. Keduanya sudah berhasil mengembangkan  tank Harimau (Medium Weight Tank), yang merupakan kerja sama antara PT Pindad dan FNSS Turki.

Kendati demikian, terkait kerja sama militer, Farhan menuturkan akan memberikan kewenangan sepenuhnya kepada pemerintah. 

“Mengenai kerja sama militer, kita sama-sama secure bahwa kerja sama militer Indonesia-Turki hanya melalui satu pintu, yaitu melalui masing-masing Kementerian Pertahanan. Buat saya, yang bertugas di Komisi I DPR, ini jadi lebih mudah karena kita tahu bahwa hanya cukup satu jalur yang kita awasi,” jelas Farhan.

Mengenai skema kemitraan perdagangan komprehensif IT-CEPA, baik Turki maupun Indonesia berharap pembahasan tersebut dapat segera diselesaikan dan diajukan kepada parlemen untuk diratifikasi. 

"Indonesia-Turki ini kita harapkan dapat segera terwujud untuk membantu persaingan kita dengan negara-negara lain," tegas Farhan. 

Dikatakan, implementasi Indonesia-Turkey Comprehensive Economic Partnership Agreement  (IT-CEPA) dapat menjadi solusi tarif yang merupakan salah satu bottleneck peningkatan nilai perdagangan antara kedua negara. Ke depan, GKSB juga akan mendorong peningkatan jumlah pelajar Indonesia di Turki karena jumlah pelajar Indonesia di Turki baru ada 1.600 orang. Jumlah tersebut masih sedikit jika dibandingkan jumlah mahasiswa Indonesia di negara lain. Padahal, Turki sebagai negara industrialisasi sudah cukup maju dan layak diperhitungkan. (dpr.go.id/*)

Add Comment