Kaum Muda Harus Jadi Agen Keutuhan NKRI
JAKARTA (2 November): Ketua Fraksi NasDem MPR RI, Taufik Basari mengingatkan generasi muda agar harus mampu menjadi agen keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kesepakatan mendirikan NKRI ini harus didukung oleh seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali generasi muda. Bahkan, generasi muda harus mampu menjadi agen keutuhan NKRI dengan selalu mempererat persatuan dan kesatuan juga menghalau masuknya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila,” tegas Taufik saat melakukan sosialisasi Empat Konsensus Kebangsaan, di Desa Setu, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (1/11).
Dengan mengangkat tema 'Implementasi Nilai-nilai Pancasila untuk Restorasi Indonesia', Legislator muda NasDem itu menyatakan, NKRI berdiri di atas kesepakatan yang dibangun secara bersama oleh seluruh golongan dan kelompok masyarakat yang ada saat itu. Karena itu, kesepahaman bersama tersebut harus senantiasa dipupuk agar langgeng dan tidak gampang dirusak siapapun.
Sebelum merdeka, tandas Taufik, Indonesia berbentuk suku-suku bangsa, kelompok masyarakat, dan kerajaan.
Anggota Komisi III DPR RI itu dari dapil Lampung I (Bandar Lampung, Lampung Selatan, Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus dan Lamoung Barat) itu menyatakan, kelompok-kelompok komunitas masyarakat itu hidup secara bersama dengan peran masing-masing. Kemudian, datang utusan dagang dari Belanda yang semula berniat hanya untuk berdagang tetapi kemudian memonopoli perdagangan dan melakukan penjajahan.
“Hidup di bawah penjajahan itu ternyata tidak nyaman. Karena itu tumbuhlah kesadaran untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Namun, perjuangan mereka melepaskan diri dari penjajahan selalu gagal lantaran perjuangan yang dilakukan bersifat sektoral,” tuturnya.
Setelah berkali-kali gagal, jelas Taufik yang juga Ketua DPW NasDem Lampung itu, maka timbul kesadaran kolektif sehingga mereka berjuang bukan untuk kelompoknya sendiri, namun untuk kepentingan bersama.
“Kesadaran kolektif para pendiri bangsa ini muncul bersamaan dengan lahirnya politik etik yang digagas pemerintah Belanda. Salah satu kesadaran kolektif itu muncul dalam bentuk Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928,” kata Taufik Basari.
Taufik juga menuturkan, Sumpah Pemuda melihat bahwa keberagaman suku bangsa, bahasa, adat istiadat, agama, dan ras yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kekayaan. Perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia harus dijaga dan dilestarikan karena keberagaman itu bukan untuk memecah belah tetapi untuk mempersatukan.
“Sejak itu muncullah kebesaran jiwa di kalangan para pendiri bangsa untuk saling berkorban demi kepentingan yang lebih besar,” ujar Taufik.
Salah satu bukti pengorbanan dan kesepakatan yang ditunjukkan para pendiri bangsa adalah diterimanya Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa Indonesia.(RO/HH/*)