Bulog Didorong Serap Hasil Panen Petani Pekalongan

KAJEN (6 November): Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) diminta agar menyerap gabah/beras petani di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng) saat panen raya. 

Permintaan itu disampaikan anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi NasDem, Sulaeman L Hamzah saat bersama Komisi IV DPR RI meninjau Gudang Bulog di Bondansari, Wiradesa, Pekalongan, Jateng, Rabu (4/11).

Sulaeman mengingatkan agar Bulog membeli gabah dari petani sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Hal tersebut penting agar para petani tidak mengalami kerugian di masa panen raya.

"Komisi IV DPR RI bisa mengambil peran mediasi agar petani tidak merugi dan kepentingan Bulog untuk menyerap hasil panen para petani juga didukung kesiapan anggaran yang memadai. Untuk sekarang memang masih berlaku, gabah maupun beras semuanya diserap Bulog," ujar Sulaeman kepada wartawan.

Legislator NasDem asal Papua itu mengatakan, yang menjadi dilema adalah Bulog selalu didorong untuk diberi kewenangan membeli hasil panen dari para petani dan menyerap sebanyak-banyaknya.

Namun, lanjutnya, di sisi lain anggaran yang diperoleh Bulog untuk merealisasikan program-progamnya sangat tidak mencukupi. Sehingga harus melalui skema pinjaman dari bank dengan bunga yang cukup tinggi.

"Bulog sebagai penyangga ketahanan pangan nasional harus mendapatkan dukungan anggaran yang memadai untuk menyukseskan program kerjanya dalam menyerap gabah petani dengan harga yang menarik," kata wakil rakyat dari dapil Papua itu. 

Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita memastikan penyerapan gabah dari petani di seluruh Nusantara lancar hingga Desember 2020. Ia meyakinkan harga gabah yang dibeli tidak merugikan petani. 

"Bulog terus melakukan penyerapan dari petani. Bahkan Bulog butuh penyaluran agar beras tidak menumpuk di gudang sehingga terjadi sirkulasi seimbang dari hulu ke hilir agar stok pangan lancar," ujar Febby.

Plt Bupati Pekalongan, Arini Harimurti mengatakan, pangan di Kabupaten Pekalongan tak perlu dikhawatirkan. Sebab, produksi beras per tahun surplus sekitar 57.437 ton. Namun, Arini mengungkapkan, tiap musim panen biasanya harga jual gabah dari petani anjlok. Untuk dijual ke Bulog, terkadang petani masih kesulitan karena kadar air gabah masih terlalu tinggi dan belum bisa memenuhi standar kadar air yang ditetapkan Bulog.

Tidak hanya itu, lantai jemur gabah di beberapa wilayah Kabupaten Pekalongan masih terbatas sehingga gabah petani relatif masih basah. 

"Saya harap Bulog tetap menyerap gabah dari petani. Jika kadar airnya masih tinggi, Bulog bisa mengeringkannya dengan alat pengering," katanya.(dpr.go.id/HH/*)

Add Comment