Demokrasi di Simpang Jalan
JAKARTA (27 Februari): Demokrasi adalah sebuah sistem yang tidak bisa berjalan sendiri, tetapi demokrasi harus ada yang menggerakkan. Kitalah yang harus menggerakkan demokrasi tersebut. Hal ini disampaikan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Program Prime Talk, Senin (27/02).
Apa yang disampaikan Surya sesungguhnya menjadi kegelisahan pendiri Partai NasDem itu sejak lama. Utamanya ketika munculnya pressure group yang mulai mengganggu jalannya penegakan hukum di Indonesia tanpa mengindahkan institusi resmi pemerintah.
“Ketika penghormatan kepada institusi resmi tidak ada, pressure group sebagai solusi, ini pertanda demokrasi sudah kebablasan,” ujar Surya.
Lebih jauh Surya Paloh juga menegaskan, demokrasi hanya bisa berjalan efektif jika didukung pemerintahan yang kuat. Tanpa pemerintahan yang kuat, demokrasi tidak akan berjalan dengan baik.
“Demokrasi hanya akan berjalan efektif apabila ada kehadiran pemerintahan yang kuat, strong leadership sangat mempengaruhi jalannya demokrasi itu sendiri,” tegas Surya.
Sementara ketika menyinggung kerapnya politisasi terhadap suku, agama, ras dan antar golongan, tanpa ragu Surya mengatakan hal tersebut juga bagian dari demokrasi yang kebablasan.
“Saya pikir, kita harus berani menghadapi realitas kehidupan masyarakat kita yang seperti ini. Masih diperlukan sebenernya supervisi. Di sanalah kehadiran pemimpin, kehadiran elit elit bangsa ini, yang memberikan keteladanan dari waktu ke waktu sehingga proses pendidikan itu berkelanjutan,” papar Surya.
Oleh karena itu, sambung Surya, keteladanan itu dibutuhkan dari pemimpin nasional hingga elit-elit bangsa.
“Masyarakat kita yang dikenal dengan budaya paternalistik, ingin dan terus mengikuti, perilaku, tingkah, ucapan, perbuatan dari mereka yang menjadi pemimpinnya. Disitulah dibutuhkan aspek keteladanan, dari kepemimpina nasional, wilayah hingga di desa desa,” terang Surya lagi.
Sementara ketika disinggung jika demokrasi yang kebablasan ini terus dibiarkan, hal yang paling ditakutkan Surya Paloh adalah, hilang Negara Kesatuan Indonesia.
“Kita kehilangan Negara Kesatuan ini, kita kehilangan cita-cita proklamasi kebangsaan kita. Itu hanya masalah waktu saja. Saya tidak ragu untuk mengatakan itu. Atau barangkalai kita kehilangan demokrasi itu sendiri. Itu kemungkinan ke dua yang tidak kalah pentingnya itu untuk saya ingatkan,” tegas Surya.(*)