Belajar dari Konsistensi IGK Manila
Oleh Gurgur Manurung
I GUSTI Kompyang Manila yang sering ditulis IGK Manila lahir di Singaraja, Bali, tanggal 8 Juli 1942. Berarti pak Manila berulang tahun ke 78. IGK Manila adalah salah satu orang yang paling unik di Indonesia. Karirnya unik, pengabdiannya unik, prestasinya unik, sisi hidupnya serba unik. Unik dan orisinal.
Ketika saya kuliah tahun 90 an, saya mengenalnya sebagai pengamat sepakbola. Cukup lama dia tampil di TV sebagai komentator sepakbola, termasuk komentator siaran langsung Piala Dunia. Ternyata, pak Manila militer bintang dua, pernah Sekjen Departemen Penerangan, Ketua STPDN dan sederet jabatan yang dilaluinya. Dan, semua berprestasi.
Jika membaca pengalaman dan pengabdian pak Manila kepada bangsa dan negara, tidak cukup satu buku. Karena itu, saya akan mencoba menulis perasaan saya saja ke pak Manila.
Sabtu, 04 Juli 2020 saya membaca tulisan pak Manila di Opini Media Indonesia dengan judul Orangtua Cerdas dan Pendidikan New Normal. Saya membaca tulisan yang sangat baik itu. Tulisan itu mengajak orang tua agar cerdas mendidik anak dalam kondisi Covid 19. Ada tugas tambahan orang tua mendidik anak secara kognitif karena Covid 19 ini, kira-kira demikian isi tulisannya.
Di usia 78 tahun tulisannya sangat segar dan pas untuk para orang tua seperti saya yang sedang mendidik anak. Setelah saya membaca tulisan itu, saya googgling tulisan-tulisannya di media. Isi tulisannya adalah bagaimana menjadi Indonesia dengan dasar negara Pancasila. Semua isi tulisannya hampir sama, bicara kehidupan sehari-hari untuk Indonesia tercinta. Pertanyaanya adalah mengapa pak Manila memiliki semangat kebangsaan sejak muda hingga di usia 78 tahun?. Apa rahasianya?. Mengapa pak Manila sehat jasmani, rohani dan semangatnya luar biasa hingga usia 78 tahun?
Sepanjang pengamatan saya, orang tua seusia dia yang semangatnya berapi-api dan pemikirannya relevan hingga di usia tua adalah BJ Habibie, Fuad Hasan, dan Rosihan Anwar. Tentu saja banyak, tetapi dalam catatan saya mereka itu yang saya ikuti. Mereka sampai tua menyumbangkan pemikirannya dan yang muda senang dengan pemikiran mereka. Menjadi orang tua di usia 78 tahun tidak mudah beradaptasi dengan pemikiran dan gaya hidup yang muda. Apalagi di pemikiran di ruang publik.
Di usia 78 tahun, pak Manila menjadi Gubernur Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem. Kader-kader NasDem dari seluruh Indonesia dibina di ABN untuk konsisten membela bangsa dan negara. Semua kader NasDem yang mengenalnya sangat sayang padanya. Generasi milenial pun sangat mencintainya. Di militer, birokrat, Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, jasanya dikenang.
Di dunia olah raga dia dikenang. Kritiknya tajam dan pedas ke PSSI, tetapi karena kritiknya benar maka pak Manila disayang. Di olah raga wushu pun juga demikian. Pak Manila dikenang sebagai Bapak Wushu Indonesia. Terlalu banyak kegiatan dan aktivitasnya, dan semuanya demi kemajuan bangsa. Hampir tidak ada aktivitasnya untuk memperkaya dirinya.
Sejak muda hingga kini selalu berada di posisi strategis untuk bangsa, bukan untuk dirinya. Bagaimana menjadi pribadi IGK Manila?. Pertanyaan ini yang layak dipelajari generasi muda. Dan, pak Manila perlu menceriterakan kembali kepada anak-anak Indonesia.
Bagi saya, pak IGK Manila adalah orang yang kaya raya. Kaya pikiran dan tindakan, semua untuk Indonesia. Itulah sebabnya generasi muda, khususnya kader NasDem sangat mencintainya. Terima kasih pak Manila untuk ilmu sepakbola, ilmu bernegara dan ilmu kehidupan. Saya ikut kaya karena karya, tindakan, sikap dan pemikiranmu. Selamat ulang tahun, sehat dan kami sangat membutuhkanmu. Semoga kami bisa meniru sikapmu berbangsa dan bernegara secara konsisten. (*)
*Penulis adalah kader NasDem, alumni Sekolah Pascasarjana IPB, aktivis sosial politik. TA Fraksi Komisi VI DPR RI.