Butuh Kearifan dan Tokoh Lokal untuk Menangi Covid-19
JAKARTA (13 Agustus): Wakil Ketua Umum Garda Pemuda NasDem, Kresna Dewanata Phrosakh mengatakan, Indonesia saat ini tengah berada dalam puncak pandemi Covid-19.
"Kita masih berjuang sebagai bangsa, untuk mengurangi virus dengan semua sumber daya yang dimiliki," ujar Kresna dalam webinar Academy of progressive politics bertajuk 'Meningkatkan Tanggapan Kaum Muda Terhadap Pandemi' secara virtual, Kamis (12/8).
Acara yang digagas Socdem Indonesia kali ini diikuti lima negara, yakni dari Indonesia sebagai tuan rumah, Malaysia, Mongolia, Timor Leste dan Filipina.
Anggota Komisi I DPR RI itu menguraikan, pandemi Covid-19 tidak hanya membawa masalah kesehatan bagi masyarakat, tetapi juga merambah ke aspek ekonomi, sosial, dan politik Negara Indonesia. Pemerintah tidak hanya berurusan dengan kebijakan sistem kesehatan, tetapi juga dibarengi dengan kebijakan sosial dan ekonomi untuk mengantisipasi laju penularan Covid-19.
"Kunci penting untuk memerangi Covid-19 ini terletak pada kualitas data dan informasi, kebijakan, elemen koordinasi dari pemerintah, swasta, dan masyarakat dari tingkat lokal hingga nasional," jelasnya.
Kresna mengatakan masyarakat Indonesia di pedesaan cenderung mengabaikan dampak pandemi. Informasi dan data sebagian besar berdasarkan sumber urban centric karena kasus awal infeksi Covid-19 sangat terpusat di perkotaan. Pada masa awal pandemi, masyarakat di pedesaan mengalami kesenjangan informasi tentang keberadaan bahaya virus tersebut.
"Mereka melihat dan mendengar berita tentang hal itu tetapi jarang memiliki pengalaman langsung. Kesenjangan ini menciptakan semacam skeptisisme di benak masyarakat pedesaan," katanya.
Sikap skeptis ini, sambung Legislator NasDem tersebut, terlihat dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan yang dicanangkan pemerintah sebagai bagian utama kebijakan mitigasi penularan Covid-19.
"Protokol kesehatan seperti penggunaan masker di ruang publik, social distancing, menghindari kegiatan berkumpul, dan lebih sering mencuci tangan, belum sepenuhnya dilakukan," imbuhnya.
Kresna juga mengatakan ketimpangan sistem pelayanan kesehatan yang sudah berlangsung lama antara perkotaan dan pedesaan juga menjadi satu masalah lain.
"Pelayanan kesehatan masyarakat di tingkat desa dirancang sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk penyakit umum. Jika pasien membutuhkan perawatan lebih intensif seperti operasi, mereka harus pergi ke rumah sakit di kota terdekat," ujar dia.
Di masa pandemi, kata Kresna, dengan tingkat infeksi yang meningkat di pedesaan, pemerintah harus merespons hal ini dengan kebijakan peningkatan layanan kesehatan masyarakat untuk pengobatan Covid-19.
Menurut wakil rakyat dari dapil Jawa Timur V (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu) itu, sejak awal pandemi infeksi virus, kasus fatalitas atau gangguan kesehatan masyarakat bukanlah masalah utama masyarakat pedesaan.
"Penurunan ekonomi akibat keterbatasan pergerakan masyarakat, penutupan fasilitas umum, dan hiburan hingga pengangguran masalah utama yang mereka (masyarakat pedesaan) rasakan," kata dia.
Pengangguran meningkat sebagai dampak dari beberapa kebijakan pembatasan, terutama bagi warga yang bekerja di sektor informal yang mendominasi struktur prospek ekonomi Indonesia.
"Kerawanan pangan juga menjadi ciri utama daerah pedesaan. Salah satunya di Jawa. Sektor pertanian memiliki masalah terkait distribusi yang dipengaruhi penurunan permintaan di pasar secara keseluruhan sistem ekonomi," sambung Kresna.
Untuk itu, tambah Kresna, skeptisisme masyarakat terhadap Covid-19 dan vaksinasi menjadi tinggi, karena isu itu terkait dengan aspek budaya, agama, tingkat pendidikan, dan sosial.
Legislator NasDem itu mencontohkan, budaya pedesaan berkumpul di tempat umum biasanya berkaitan dengan ekspresi keagamaan atau doa.
"Sosialisasi tentang new normal terutama dalam social distancing atau pembatasan atau larangan berkumpul harus memperhatikan struktur kepercayaan dan pengetahuan mereka," jelasnya.
Dengan demikian, sosialisasi harus dilakukan melalui pemimpin komunitas atau pemuka agama dan biarkan para tokoh tersebut yang menjelaskan kepada orang lain dengan bahasa masing-masing.
"Berdasarkan pengalaman di pedesaan di beberapa bagian Jawa Timur, pendekatan budaya ini sebagian besar lebih mudah diterima masyarakat daripada penegakan hukum seperti hukuman, denda atau penahanan menghadapi skeptisme Covid-19," tukas Wakil Ketua Umum Garda Pemuda NasDem itu.
Di sisi lain, Partai NasDem sejak awal pandemi telah banyak melakukan aksi sosial untuk membantu masyarakat menghadapi pandemi Covid-19. Terutama melalui sayap partai yaitu Garda Pemua NasDem yang telah menggunakan sumber daya untuk mendukung mitigasi Covid-19.
"Hal tersebut dilakukan dengan membagikan pelindung wajah, masker, hazmat, dan pembersih tangan bersama dengan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyakarat di seluruh Indonesia," kata Kresna.
Partai NasDem juga mendistribusikan sembako untuk mengatasi kerawanan pangan bagi kelompok paling rentan di pedesaan seperti masyarakat miskin. Kegiatan sosial tersebut selalu dilakukan dengan berkoordinasi dengan perangkat desa dan satgasnya di pedesaan seperti di Jawa Timur.
"Untuk mendapatkan hasil yang maksimal serta menciptakan kesadaran masyarakat tentang bahaya Covid-19 kami selalu mempertimbangkan kearifan lokal dan aktor lokal sebagai bagian terpenting dari gerakan. Tanpa partisipasi sukarela masyarakat dan kesadaran publik, kita tidak akan pernah memenangkan pertempuran pandemi ini," pungkasnya.(Hary/*)