Perlu Pendekatan Adat, Budaya dalam Pembangunan IKN Baru
JAKARTA (27 Januari): Pendekatan budaya, socio culture juga harus dikedepankan dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur, agar manfaat pembangunan tersebut dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat.
“Saya khawatir sekarang ini diam-diam, jangan-jangan ada api dalam sekam. Apalagi menjelang 2024 isu-isu politik akan mengemuka dan rawan ‘digoreng’. Sehingga perlu pendekatan dari sisi budaya yang lebih intens dalam pengembangan Ibu Kota Negara yang baru di Kalimantan Timur itu,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat mengunjungi lokasi pembangunan IKN baru bersama sejumlah pimpinan MPR RI di Kalimantan Timur, Kamis (27/1).
Menurut Lestari yang akrab disapa Rerie, permasalahan yang timbul berkaitan dengan adat dan budaya, socio culture itu mudah diledakkan dengan berbagai alasan.
Legislator NasDem itu meminta pemerintah untuk memperhatikan aspek-aspek adat dan budaya dengan baik, dalam proses pengembangan IKN baru di Kalimantan Timur tersebut.
Diakui Rerie, dalam proses pembangunan IKN baru tersebut pemerintah sudah berupaya membangun komunikasi dengan masyarakat setempat. Namun, anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu menilai, upaya membangun komunikasi yang dilakukan pemerintah belum cukup dan masih harus ditingkatkan.
Berdasarkan pengamatan dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), ujar Rerie, yang merupakan Wakil Ketua MPR RI Koordinator Bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah itu, sebagian komunitas masyarakat setempat memang mengetahui ada rencana pembangunan IKN di wilayah mereka. Namun sebagian lainnya tidak tahu.
Sebagian komunitas masyarakat yang tahu tentang pembangunan IKN baru itu, ujar Rerie, masih berdasarkan pengamatan AMAN, belum memahami konsekuensi yang akan muncul antara lain terkait masalah sosial, budaya, kepastian hukum dan lingkungan hidup, dalam proses pembangunan IKN itu.
Di sejumlah kawasan yang dibangun menjadi IKN baru itu memang merupakan wilayah tempat tinggal dari sejumlah etnis di Kalimantan Timur.
Di Kabupaten Penajam Paser Utara, misalnya, terdapat komunitas-komunitas dari etnis Paser, dan beberapa komunitas dari subetnis Dayak Kenyah dan Dayak Modang. Selain itu, tambahnya, di Kutai Kartanegara terdapat komunitas- komunitas dari etnis Kutai, Dayak Modang, Benuaq, Tunjung, Kenyah, Punan, dan Basab.
Dengan beragamnya etnis yang bersentuhan dengan wilayah pembangunan dan pengembangan IKN baru, Rerie mendesak pemerintah agar lebih mengintensifkan pendekatan-pendekatan adat dan budaya agar pembangunan IKN baru di Kalimantan Timur itu memberi kemaslahatan bagi seluruh anak bangsa.*