Makam BPH Murdaningrat Diusulkan Jadi Destinasi Wisata Sejarah

SLEMAN (14 Maret): Padukuhan Nglengkong, Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman, DIY, memiliki potensi wisata sejarah. Di situ terdapat makam Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Murdaningrat, seorang pangeran utusan Sri Sultan Hamengku Buwono V yang gugur saat hendak menemui Pangeran Diponegoro.

Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Subardi menyempatkan ziarah ke makam BPH Murdaningrat di sela kunjungannya menyerap aspirasi masyarakat di Padukuhan Nglengkong. Ia didampingi lurah, tokoh masyarakat dan Widi Sutikno, anggota DPRD DIY dari Fraksi Partai NasDem Dapil Sleman. Menurut Subardi, makam BPH Murdaningrat adalah situs sejarah yang menghubungkan antara Kraton Ngayogyakarta dengan Pangeran Diponegoro.

“Ini situs bersejarah yang wajib dilestarikan. Dari makam ini kita bisa melihat sejarah hubungan Kraton Ngayogyakarta dengan Pangeran Diponegoro. Beliaulah penghubungnya bahkan di saat perang sekalipun,” kata Subardi di depan pusaka BPH Murdaningrat, Sabtu (12/3).

Berdasarkan sumber sejarah yang diketahui tokoh masyarakat Nglengkong, BPH Murdaningrat diutus Sri Sultan HB V untuk menemui Pangeran Diponegoro. Ia membawa misi dukungan politik kepada Pangeran Diponegoro yang saat itu sedang berperang melawan Belanda. Tetapi, versi lain mengatakan BPH Murdaningrat membawa surat kepada Pangeran Diponegoro agar mengakhiri perang karena korban sudah banyak. Saat itu, perang Diponegoro (1825 -1830) bermula di Yogyakarta dan meluas ke banyak daerah di Pulau Jawa.

Dalam misi tersebut, BPH Murdaningrat singgah di Nglengkong sebelum bertemu Pangeran Diponegoro. Di sana ia bertemu komandan pasukan Belanda, Letnan JB Haubert. Pertemuan itu diketahui mata-mata Pangeran Diponegoro. Atas laporan tersebut, Pangeran Diponegoro memerintahkan pasukannya menyerang Letnan JB Haubert.

Serangan mendadak itu berhasil menewaskan JB Haubert dan seluruh pasukannya. Namun, BPH Murdaningrat turut menjadi korban. Oleh pasukan Pangeran Diponegoro, ia dimakamkan di lokasi dengan penghormatan tinggi serta bangunan makam yang dikhususkan untuk menghormatinya.

“Saat di dalam, saya baca catatan sejarahnya. Saya lihat sanadnya (rujukan) jelas. Beliau merupakan Pangeran utusan Kraton yang gugur saat perang. Peristiwa tersebut terjadi pada September 1826,” kata Subardi,  didampingi juru kunci makam.

Makam BPH Murdaningrat sering dikunjungi masyarakat umum. Namun akses jalan dan fasilitas makam belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Kepada Subardi, masyarakat Nglengkong berharap pembangunan kompleks makam berikut aksesnya.

Anggota Komisi II DPR RI itu bersama Widi Sutikno akan mengusulkan makam BPH Murdaningrat menjadi obyek wisata. Pembangunan itu rencananya akan dimulai dengan desain kawasan, pembangunan jalan, arah petunjuk jalan, hingga fasilitas lainnya. Usulan tersebut akan disampaikan melalui program aspirasi Subardi dan akan dikawal Widi Sutikno di DPRD DIY.

“Tadi masyarakat menyampaikan aspirasinya agar ada pembangunan di kompleks makam termasuk aksesnya. Ini bisa didesain menjadi wisata sejarah sekaligus wisata religi,” ujar Ketua DPW Partai NasDem DIY itu.

(NK/*)

Add Comment