Fraksi NasDem DPR Gelar Stadium General Pembangunan Manusia
JAKARTA (31 Mei): Fraksi Partai NasDem DPR RI menggelar Stadium General dengan tema ‘Pembangunan Manusia Indonesia dalam Perspektif Neurosains’, (Neurosains adalah ilmu yang mencoba mengungkap misteri otak), di ruang rapat Pansus B, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (31/5). Pembicara dalam acara itu adalah seorang ahli bedah saraf, dr Roslan Y Hasan, Sp.BS.
“Saya berharap betul diskusi ini tidak hanya jadi bahan diskusi atau wacana bagi kita, tapi juga bisa memberikan masukan dan catatan bagi Fraksi NasDem DPR RI terkait pembangunan manusia Indonesia ke depan,” ujar anggota Fraksi NasDem DPR RI, Fauzi Amro saat membuka acara.
Menurut Fauzi, pendekatan neurosains kini sudah mulai banyak digunakan untuk berbagai kepentingan, termasuk dalam hal pembangunan manusia.
“Perspektif neurosains menurut catatan kami, model baru, teknologi baru yang harus dikembangkan. Hari ini kita kerucutkan dalam konteks pembangunan manusia. Mungkin nanti bisa dimasukkan ke kurikulum pendidikan dan lain sebagainya,” tandasnya.
Legislator NasDem dari Dapil Sumatra Selatan I (Kabupaten Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, Kota Palembang, Kota Lubuk Linggau, dan Musi Rawas Utara) itu mencontohkan keberhasilan penggunaan pendekatan neurosains oleh Donald Trump pada pemilu Amerika 2016.
“Neurosains menjadi bagian penting dari kemenangan Trump, karena ia melihat dalam suatu program bisa diidentifikasi, sehingga apa yang dikampanyekan Trump menjadi masuk akal,” jelasnya.
Untuk itu, Fauzi berpandangan, neurosains sangat mungkin diterapkan dalam pembangunan manusia Indonesia.
Dokter Roslan Y Hasan dalam penjelasannya mengatakan, manusia tidak diprogram secara alami, namun berdasarkan pembelajaran setiap saat.
“Otak manusia itu plastis, tidak ada pemrograman alami. Manusia itu membangun otaknya sendiri,” ujar Roslan.
Ia mencontohkan, manusia ibarat sebuah kota yang dibangun berdasarkan blueprint. Namun, tidak selamanya kota tersebut menjadi seperti yang direncanakan di awal.
“Otak kita memang disusun berdasarkan gen, betul. Tapi otak manusia itu tidak berkembang mengikuti perintah gennya. Pada akhirnya otak kita terbentuk seperti kota. Sunda Kelapa ini pada blueprintnya diinginkan seperti Amsterdam, tapi pada akhirnya kan tidak seperti itu. Akhirnya mengikuti kebutuhan,” jelasnya.
Menurut Roslan, pembangunan manusia harus dimulai sedini mungkin. Sifat dan mental manusia dipengaruhi oleh pengalaman, budaya, dan nilai di sekitarnya.
“Sifat mental manusia dipengaruhi oleh budaya. Otak kita itu plastis. Setiap hari otak kita memutus sambungan, dan membuat sambungan baru. Pengetahuan kita bukan hanya dari pengalaman, tapi dari belajar. Akhirnya sikap mental kita dipengaruhi oleh lingkungan,” pungkasnya.
(Dis/*)