Suporter Meninggal di GBLA, Farhan Ajak Semua Pihak Introspeksi
BANDUNG (20 Juni): Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Muhammad Farhan menegaskan, meninggalnya suporter sepak bola saat menonton pertandingan harus menjadi introspeksi bagi semua pihak.
Dua suporter sepak bola meninggal dunia saat laga Piala Presiden antara Persib Bandung kontra Persebaya Surabaya di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Kota Bandung, Jumat (17/6). Keduanya meninggal karena diduga berdesak-desakan saat akan memasuki stadion.
“Duka mendalam dirasakan Bobotoh seluruh negeri. Dalam duka yang mendalam rasanya ingin menyalahkan semua orang yang kita anggap bertanggung jawab, tetapi sebagai sebuah keluarga besar, saya mengajak kita semua introspeksi,” ujar Farhan di Bandung, Jawa Barat, Minggu (19/6).
Menurut Legislator NasDem dari Dapil Jawa Barat I (Kota Bandung – Kota Cimahi) itu, antusiasme Bobotoh menyaksikan Persib Bandung secara langsung di stadion tidak perlu diragukan. Namun, ada beberapa hal yang harus dipahami secara bersama-sama dan bijak.
“Introspeksi pertama sebagai sesama Bobotoh, bahwa antusiasme kita sebagai bentuk kecintaan kepada Persib harus kita kelola bersama. Jangan sampai kita terjebak dalam tindakan berisiko tinggi,” kata anggota Komisi I DPR RI itu.
Sedangkan untuk penyelenggara, Farhan berharap panitia pelaksana pertandingan agar ke depan tidak lalai. Ia tidak ingin nantinya pertandingan Persib digelar tanpa penonton.
“Sebagai orang yang pernah menjadi panpel, saya mengerti betul tekanan yang dihadapi dari berbagai pihak. Masalah mengepung, mulai jadwal pertandingan hingga distribusi tiket. Panpel jangan sampai pernah lalai dan menyerah. Karena kami ingin pertandingan tetap digelar dengan penonton langsung,” tandasnya.
Akibat insiden itu, PSSI pun turun tangan melakukan investigasi terkait SOP (Standard Operating Procedure) penyelenggaraan sekaligus penerapan standar keamanan stadion. Farhan berharap PSSI objektif dalam berkesimpulan tanpa menghentikan operasional GBLA.
“Saya harapkan objektivitas dari PSSI mempertimbangkan posisi strategis GBLA sebagai salah satu episentrum sepak bola Indonesia. Maka apapun hasil investigasi PSSI harus memberikan solusi bagi pengelolaan GBLA, bukan malah menutupnya,” pungkasnya.
(medcom/*)